Jejamo.com, Lampung Timur – Untuk mengusir gajah liar dari permukiman warga tidak bisa serta merta dilakukan dengan Yasinan dan pengajian.
Hal itu disampaikan Kepala Taman Nasional Way Kambas Subakir kepada Jejamo.com di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, kabupaten setempat, Kamis, 15/8/2016, dalam acara fieldtrip jurnalis Hari Gajah Internasional yang diinisiasi Taman Nasional Way Kambas, Worldlife Conservation Society Indonesia Program (WCS IP), dan Universitas Lampung.
Subakir mengatakan, yang bisa dilakukan warga dan petugas adalah mitigasi demi meminimalkan dampak konflik. Upaya mitigasi dilakukan oleh warga dengan patroli secara rutin, pemasangan penghalang, pembuatan kanal, dan upaya lainnya.
Subakir menjelaskan, konflik gajah dan manusia tidak akan bisa dihilangkan. “Yang paling memungkinkan ialah meminimalkan dampak konflik. Misalnya meminimalkan perkebunan penduduk yang rusak oleh kawanan gajah bahkan meminimalkan adanya korban jiwa dari konflik itu,” ujarnya.
Fieldtrip diikuti 20-an jurnalis dari Lampung dan Jakarta. Besok, para jurnalis direncanakan melihat Pusat Latihan Gajah.(*)
Laporan Adian Saputra, Wartawan Jejamo.com
Â