Jejamo.com – Raja Arab Saudi, Salman Abdulaziz Al Saud, meminta agar ibadah haji tidak masuk dalam komoditas politik internasional. Pernyataan ini ditujukan pada Iran yang dinilai telah mempolitisasi ibadah haji sehingga hubungan dengan Riyadh menjadi tegang.
Pemerintah Iran sendiri untuk pertama kalinya dalam 30 tahun, melarang sekitar 64 ribu warganya untuk menunaikan ibadah haji. Larangan itu mulai diberlakukan pada tahun ini setelah kedua negara gagal mencapai kesepakatan dalam isu keamanan dan logistik.
Menurut Raja Salman, hal yang paling disesalkan dalam perselisihan diplomatik dengan Iran adalah ketika Teheran mengeluarkan pernyataan memprotes Riyadh dengan mengajak negara muslim lain.
“Pemerintah Saudi menolak setiap upaya mengaitkan ibadah haji dengan setiap tujuan politik. Tugas memperlakukan tamu Allah merupakan penghargaan buat pemerintah Saudi,” katanya, seperti ditulis Daily Mail.
Raja berusia 80 tahun tersebut juga menegaskan bahwa rakyat Iran masih bisa menunaikan haji jika mereka datang dari negara lain dan bukan secara langsung dari Iran.
Kemelut Riyadh-Teheran tercetus sejak masa haji tahun lalu, menyusul tragedi desak-desakan yang menewaskan sekitar 2.300 jiwa.
Jemaah Iran merupakan korban paling banyak dalam insiden itu dengan jumlah 464 orang, sehingga memicu ketidakpuasan Teheran terhadap tingkat keamanan yang diambil pemerintah Arab Saudi.
Menyusul kejadian itu, ketegangan di antara kedua negara terbesar di Timur Tengah tersebut semakin buruk dan gagal diselesaikan sebelum masa haji tahun ini berlangsung.(*)
Tempo.co