Jejamo.com Bandar Lampung – Ariska Putri Pertiwi akan mewakili Indonesia dalam ajang Miss Grand International yang akan digelar di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat. Dalam ajang ini juara ketiga Puteri Indonesia 2016 ini akan membawakan busana Royal Sigokh, yang bernuansa adat Lampung lengkap dengan tapis.
Foto Ariska Putri Pertiwi yang mengenakan busana Royal Sigokh dengan paha mulus yang ditonjolkan ternyata mendapat kecaman dari para netizen terutama yang berasal dari Lampung. Karena mereka menganggap budaya Lampung tidak pernah mengajarkan hal yang berbau vulgar dan erotis.
Menanggapi hal tersebut disainer asal Lampung Aan Ibrahim mengatakan, meski busana Royal Sigokh karya Dynand Fariz terbuat dengan bahan dasar tenunan Lampung, namun menurutnya hal itu adalah wajar. Karena tidak digunakan pada acara adat Lampung.
“Orang bisa saja dong menggunakan kain tapis, kain jawa atau menggunakan tenunan apa saja. Itu boleh. Justru kita malah beruntung dipromosikan mereka. Karena kemungkinan kain tapis dilirik orang seluruh dunia dan dia suka. Siapa di sini yang diuntungkan? Pengrajin Lampung kan?” ujarnya kepada jejamo.com, Kamis malam, 13/10/2016.
Aan juga menilai busana yang akan dikenakan Ariska Putri Pertiwi bukan pakaian adat Lampung, hanya gaun malam atau pesta yang didesain menggunakan tenunan dan terinspirasi dari pakaian khas Lampung.
Menurutnya, rancangan Dynand Fariz tersebut sama sekali tidak merendahkan atau melecehkan pakaian tapis itu sendiri. “Kalau untuk menghadiri acara adat Lampung itu jelas tidak bisa. Tapi kalau dipakai dalam acara seperti di Miss Grand International sudah dipikirkan sedemikian rupa oleh perancang untuk penggunanya. Kan itu memang rancangan gaun malam,” katanya lagi.
Ia juga meminta busana yang ditampilkan Ariska Putri Pertiwi jangan dinilai dari sisi negatif saja. Namun masyarakat juga harus memikirkan bagaimana cara mengangkat kerajinan Lampung sendiri.(*)
Laporan Sugiono, Wartawan Jejamo.com