Jejamo.com, Bandar Lampung – Sebanyak 50 nelayan Lempasing Telukbetung Bandar Lampung mengikuti penataran informasi cuaca untuk nelayan perikanan tangkap yang berlangsung di Aula UPTD DKP Lempasing yang diselenggarakan BMKG bekerja sama dengan UPTD DKP Bandar Lampung.
Yunus Swarinoto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG yang hadir membuka acara tersebut menyatakan, 70 persen luas wilayah Indonesia adalah lautan. Potensinya sangat besar untuk menjadi penggerak perekonomian nasional. Ini, kata dia, sesuai program pemerintah yaitu Indonesia sebagai Poros Maritim.
Masalahnya, hingga saat ini, potensi tersebut belum bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Pemerintah kini terus berupaya menggenjot produksi sektor kelautan dan pendapatan nelayan.
BMKG, sebagaimana tertuang dalam Rencana Induk BMKG dalam Perka BMKG no 5 Tahun 2014, memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan dukungan pengembangan potensi kelautan serta mitigasi bencana laut dan pesisir yang meliputi perhubungan laut, jasa kelautan, industri kelautan, perikanan, wisata bahari, pembangunan kelautan, dan energi dan sumber daya mineral di laut.
Hal ini menunjang program pemerintah dan nawacita pembangunan (Perpres No. 2 Tahun 2015) yaitu salah satunya adalah terwujudnya program pengembangan ekonomi maritim dan kelautan.
Menurut Ashrodi, Sekretaris DKP Lampung, kapal ikan, alat tangkap ikan dan nelayan merupakan tiga faktor yang mendukung keberhasilan dari program peningkatan produksi dan pendapatan nelayan tadi. Aktivitas menangkap ikan atau operasi penangkapan ikan terutama di laut adalah kegiatan yang berisiko tinggi.
“Oleh karena itu, faktor keselamatan kapal maupun nelayan harus diperhatikan karena merupakan hal yang utama untuk menunjang kesuksesan suatu operasi penangkapan ikan. Nah, informasi cuaca dan gelombang dari BMKG sangat penting untuk mendukung hal itu,” ujarnya.
Siswanto, peneliti di Pusat Meteorologi Maritim BMKG Jakarta yang menjadi narasumber pada acara tersebut, menyebutkan, berdasarkan data yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, diketahui faktor penyebab terjadinya kecelakaan kapal di Indonesia, termasuk kecelakaan kapal ikan, yaitu faktor human error (43,67%), faktor alam (32,37%), dan faktor teknis (23,94%).
“Faktor alam merupakan faktor penyebab kecelakaan kapal ikan yang tidak dapat dihindari pada saat operasi penangkapan ikan,” ujarnya.
Faktor cuaca buruk merupakan permasalahan yang sering kali dianggap sebagai penyebab utama dalam kecelakaan laut. Permasalahan yang biasanya dialami adalah badai, gelombang yang tinggi yang dipengaruhi oleh musim/badai, arus yang besar, kabut yang mengakibatkan jarak pandang yang terbatas.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Panjang Sugiyono menambahkan, BMKG ingin lebih semakin nyata memberikan kontribusi terhadap keselamatan, kelancaran, dan efisiensi bagi operasi kegiatan nelayan di laut.
“BMKG, sesuai amanat UU No.31 Tahun 2009 adalah satu-satunya instansi yang berkewajiban menyediakan informasi cuaca dan gelombang laut di wilayah NKRI,” pungkasnya.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com