Jejamo.com, Bandar Lampung – Kecaman atas Royal Sigokh karya Dynand Fariz yang dinilai melecehkan item adat Lampung terus mengalir. Pemuka Adat Lampung dari Marga Tenggamoan, Pagardewa, marga tertua dalam Mego Pak Tulangbawang, Abu Thalib, menyatakan, penggunaan item adat Lampung dalam desain seronok menistakan filosofi budaya Lampung.
“Subhanallah, itu enggak boleh, mengundang kemarahan seluruh punyimbang adat Lampung. Siger dan Tapis itu ada filosofinya. Kalau digunakan sambil memperlihatkan paha, itu menistakan budaya namanya, kami marah besar,” ungkap dia kepada Jejamo.com melalui sambungan telepon Sabtu 15/10/2016.
Abu Thalib menilai, sejak era Hindu sekalipun busana tapis dan Siger tampil sopan, sebagai penggambaran filosofi adat yang menjunjung tinggi rasa hormat dan malu.
“Dulu sebelum Islam, gadis Lampung pakai sebage, kemben istilahnya sekarang, yang menutupi dari mata kaki hingga dada. Tetapi itu ditutup lagi dengan sesapur, kain bundar untuk menutup punggung dan dada. Baru sejak syariat Islam, para gadis menutup bagian lengan hingga ketiak dengan mengenakan sejenis kaus putih yang dilapisi kain,” jelasnya.
Gaun malam ini rencananya ditampilkan kembali pada kontes Miss Grand International 2016 di Las Vegas Amerika Serikat, 25 Oktober mendatang.
Dalam video yang diunggah di media sosial, terlihat Ariska Puteri Pertiwi berlenggak-lenggok mempertontonkan paha hingga selangkangan dalam balutan kain tapis. Ia mengenakan mahkota megah Siger Pepadun.
Baca: Royal Sigokh Nampak Paha Ariska Putri Pertiwi Pakaian Khas Lampung? Ini Kata Tokoh Adat Lampung.
Dalam peragaan, Ariska berjalan layaknya Putri Lampung, sesekali menampilkan gerak tari.
Abu Tholib menekankan, pada penampilan mendatang, Dynand Fariz mesti mengubah desain Royal Sigokh agar tampil tanpa kontradiksi.
“Hasil desain itu menimbulkan dua pesan. Pertama tersurat, yaitu menampilkan keagungan budaya Indonesia, khususnya Lampung, ini sangat bagus. Tapi kan ada makna tersirat yang juga ditangkap penonton, yaitu seolah muli atau perempuan Lampung dalam budaya aslinya tampil seronok seperti itu. Jangan begitu, kontradiktif namanya. Mohon agar diberi kain lapisan dalam, agar tak terlihat pahanya,” terang dia.
Sementara, dalam konferensi pers, Dynand Fariz mengatakan penampilan pakaian Royal Sigokh sebagai inspirasi bagi wanita untuk menjaga kehormatan.
Baca: Busana Bernuansa Lampung Ariska Putri Pertiwi dengan Paha Mulus, Ini Kata Ketua Harian Lampung Sai.
“Keagungan sigokh bisa menjadi inspirasi perempuan Indonesia untuk menjaga kemurnian dan keagungan mahkotanya sebagai lambang kehormatan wanita,” jelas Dynand Fariz, perancang Royal Sigokh saat jumpa pers bersama awak media di Jakarta, Rabu, 5/10/2016.
Pernyataan tersebut bertolak belakang dengan tampilan gaun saat digunakan oleh Ariska Putri Pertiwi, yang dinilai Netizen lebih mempertontonkan aurat ketimbang keagungan berbusana.
Akibat penampilan seronok itu, ribuan komentar pedas berdatangan di media sosial, sejak Jejamo.com menurunkan berita ini.
Sementara, pemuka Adat Lampung dari Marga Nunyai, Kotabumi Ilir, salah satu marga tertua dari Abung Siwo Mego, Akuan Abung meminta agar masyarakat Lampung dapat berfikir rasional.
Ia menilai penampilan Siger dan Tapis di ajang internasional justru mengharumkan nama Lampung. Akuan Abung tidak menilai jika adat Lampung dilecehkan.
“Ini kreasi aja, belum melecehkan. Adat Lampung punya pakaian sendiri. Itu bukan pakaian adat Lampung. Cuma menyerupai tapis dan menyerupai siger. Saya anggap itu belum masuk kategori pelecehan,” terangnya melalui pesan Whatsapp kepada Jejamo.com.
Hingga saat ini, Dynand Fariz belum dapat dihubungi meski sebagian besar masyarakat Lampung menuntut Dynand untuk mengubah rancangannya saat tampil di Las Vegas pada 25 Oktober 2016 mendatang.(*)
Laporan Arif Surakhman, Wartawan Jejamo.com