Jejamo.com – Penjual senjata di Amerika Serikat mendadak kebanjiran permintaan jelang pemilihan presiden di negara itu. Warga AS ramai-ramai ke toko penjual senjata untuk membeli senjata terutama jenis senjata ringan AR-15 untuk mengantisipasi perubahan politik sehubungan dengan kepemilikan senjata.
Pemilik toko senjata di Mississippi, Miranda Evans, menuturkan tokonya hampir kehabisan senjata jenis AR-15C. Bahkan dia tak dapat lagi memesan senjata itu ke pabriknya. Menurut Evans pembeli panik dan mengantisipasi jika Hillary memenangkan suara dalam pemilihan presiden.
Hillary diketahui telah berjanji untuk membuat aturan yang menekan penjualan senjata untuk menurunkan angka kematian yang disebabkan senjata. Semasa Bill Clinton menjabat sebagai presiden, ia telah meneken undang-undang antisenjata tahun 1994. Clinton melarang warga memiliki senjata selama sepuluh tahun periode pemerintahannya.
Hillary berjanji akan memberlakukan kembali undang-undang yang dibuat di masa suaminya menjabat sebagai presiden. Warga Amerika khawatir Hillary akan menang dalam pemilihan presiden dan menjadi presiden ke-45. Sehingga janji kampanyenya akan diwujudkan.
Di Alabama, pemilik toko senjata, Tracy Schmit, mengatakan tentang kekhawatiran masyarakat mengenai pemerintah yang menindas. Ia yakin jika Hillary menang dalam pemilihan presiden, undang-undang pengawasan senjata segera dilakukan.
Sementara itu meningkatkan kasus kejahatan di Amerika, menurut Lindan Clifton, pemilik toko senjata di Alabama, menjadi alasan warga membeli senjata. Bahkan Clifton dan suaminya pensiunan militer memberikan kursus kepada pelanggannya mengenai cara menggunakan senjata untuk pertahanan diri.(*)
Tempo.co