Jejamo.com, Bandar Lampung – “Alif lam mim.” Lantunan ayat suci Alquran terdengar merdu dari dalam bangunan besar, berdiri kokoh dengan dinding bercatkan hijau yang di atasnya terdapat kubah emas yang nampak dari kejauhan.
Ahmad Muhajir, pemuda berdarah Sunda itu sehari-harinya tinggal di Masjid At-Taqwa, Way Dadi, Sukarame, Bandar Lampung. Jarak rumahnya dengan masjid tidak terlalu jauh, tetapi ia memilih tinggal di masjid. Ia ingin mengabdikan dirinya untuk masyarakat agar ilmu yang ia miliki bermanfaat.
“Dalam Hadis Riwayat Bukhari disebutkan, ada tiga hal amalan yang tidak akan pernah terputus, yaitu sedekah jariyah, doa anak yang saleh, dan ilmu yang bermanfaat. Saya ingin ketiganya ada dalam diri saya,“ kata Muhajir kepada jejamo.com beberapa waktu lalu.
Karpet hijau terbentang rapi di atas lantai putih. Mimbar kayu setinggi kurang lebih satu meter itu tepat di samping imam biasa berdiri. Jajaran jendela dan dua buah pintu ikut melengkapi bangunan tersebut.
Sudut masjid ia jadikan sebagai salah satu tempat favoritnya dalam melantunkan ayat suci Alquran. Di situlah ia merasa khusyuk dalam menghafal Alquran.
Khoirunnas anfa’ahum linnas. Itulah moto hidup seorang hafiz yang dijadikan sebagai motivasi dalam kehidupannya. Pemuda kelahiran 29 Juni 1994 itu selalu menyempatkan waktunya untuk membaca Alquran.
“Membaca Alquran jangan dikasih waktu yang sisa. Diusahakan setiap harinya ada waktu yang diprioritaskan untuk menghafal, satu atau dua jam cukup,” uap Muhajir dengan penuh keyakinan.
Anak sulung dari lima bersaudara ini banyak meraih prestasi. Ia pernah juara satu MTQ tingkat provinsi di Perguruan Tinggi Teknokrat tahun 2012, juara tiga MTQ se-Kota Jakarta tahun 2013, juara tiga MTQ Syarhil Quran Tingkat Provinsi Lampung 2013, dan juara dua Tahfidz Qur’an Tingkat Fakultas IAIN Raden Intan Lampung.
Tidak hanya itu, pemuda bertubuh mungil ini juga pernah dua kali umrah dengan umurnya yang dibilang masih belia.
“Alhamdulilah berkah dari Alquran dan atas izin Allah saya bisa berangkat umrah. Sebelumnya tidak pernah terlintas dalam benak saya bisa pergi umrah, namun inilah keajaiban yang di berikan Allah untuk saya. Allah tidak pernah berbohong atas janjinya, tidak akan sia-sia orang yang belajar dan mengamalkan AlQuran,” ujarnya dengan rasa syukur.
Mahasiswa yang mempunyai cita-cita sebagai pengusaha muslim ini memulai menghafal sejak ia duduk di bangku SMA. Baginya, menghafal adalah hal yang sulit karena latar belakang bukan dari pondok pesantren.
“Sering saya merasa ragu dalam menghafal. Saya merasa tidak mampu. Rasa malas selalu menghampiri saya. Terkadang saya juga merasa jenuh dan juga sempat drop. Tetapi ketika semua rasa itu melanda, saya teringat akan wajah almarhumah ibu sehingga membuat saya semangat dan bangkit lagi untuk terus menghafal dan memperdalam kitab suci Allah ini,” kenang pemuda itu.
Anak dari Mastuki dan Mastuti (alm) adalah mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) semester tiga. Ia mempunyai tekad yang kuat untuk menjadi seorang hafiz.
Di sela-sela kesibukan kuliah, dia selalu meluangkan waktu untuk mengulang hafalannya. Dorongan terkuat dalam hidupnya untuk menghafal adalah orangtua, terutama ibunya.
“Dulu aku itu anak yang nakal, susah diatur. Ketika ibuku meninggal itulah pukulan terkuat dalam hidupku. Saat itu aku berpikir aku harus berubah. Lambat laun aku berusaha gimana caranya buat ibuku bangga. Apa yang bisa aku kasih ke dia. Barang enggak punya, harta enggak ada. Jadi aku berusaha untuk memberikan hadiah terindah yang belum pernah aku kasih, yaitu hafalan Alquran,” ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Sampai sekarang Muhajir masih fokus untuk tetap membaca Alquran, mempelajarinya, dan mengamalkannya. Agar ilmu yang ia miliki dapat bermanfaat untuk orang banyak.
Ia berharap dapat memakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat kepada kedua orangtuanya. Aamiin…(*)
Laporan Anisatu Solihah, Kontributor Jejamo.com