Jejamo.com – Provinsi Lampung ternyata kaya akan lokasi memancing predator laut. Sejumlah daerah bahkan sudah sangat dikenal secara nasional. Sebut saja Sea Mount Reef (SMR), Pulau Tabuhan, Legundi, Tanjung Tua dan Kilang Minyak (RIG) Lampung Timur. Di dalamnya laut sejumlah lokasi tersebut, berkeliaran ikan predator ganas incaran para pecandu strike!
Pada kesempatan ini Jejamo.com mencoba memberikan laporan memancing di spot RIG Lampung Timur. Pada pertengahan September 2016 lalu, Jejamo.com bersama sejumlah pemancing dari Kota Metro mencoba peruntungan, untuk menghadapi ganasnya serangan ikan predator, yang ada di sekitar tiang-tiang pancang kilang minyak tersebut.
Kami berangkat menuju lokasi dengan menggunakan kapal yang cukup besar. Kapal dinahkodail seorang warga Kuala Penet yang memang sudah biasa mengantarkan pemancing ke lokasi tersebut. Seorang ABK kapal juga ikut bersama kami. Total dalam kapal ada 12 orang.
Kapal berangkat sekital pukul 15.00 siang, sejumlah persiapan untuk kami selama satu hari dan satu malam, sudah dimuat dalam kapal. Kami berencana menggunakan teknik poping, jiging dan dasaran untuk menggoda para predator di sana. Cuaca cukup cerah dengan gelombang yang relatif normal ketika kami berangkat.
Butuh waktu 2 jam untuk sampai di spot kami yang pertama, yaitu Pulau Dua. Tempat ini adalah sebuah gugusan laut dengan dua buah pulau tak berpenghuni, yang dikelilingi karang-karang indah. Langsung saja umpan mancing artificial lure (poper dan minow) kami lemparkan ke beberapa titik potensial, sementara kapal masih terus bergerak. Sayangnya sekitar 30 menit melempar, kami masih belum mendapatkan hasil.
Perjalanan kami teruskan menuju instalasi kilang minyak pertama. Setidaknya ada 12 buah unit kilang pengeboran yang beroperasi di Laut Lampung Timur. Nahkoda mengarahkan kami pada sebuah kilang yang menurutnya potensial. Hari sudah mulai gelap ketika kami sampai.
Kedatangan kami langsung disambut dengan sejumlah ledakan air laut di permukaan. Rupanya beberap simba (Giant Travely) sedang ang sibuk mengejar mangsanya. Inilah saat pesta strike dimulai. Kebanyakan dari kami menunggu serangan datang dari dalam air dan segera melemparkan umpan untuk meningkatkan rasio strike.
Ikan yang baru saja ‘mengamuk’ diatas air, biasanya berada tak jauh dari lokasi dan akan segera menyerang umpan yang dilemparkan pemancing. Hafiz pemancing Way Jepara, Lamtim membuka pesta strike kami, umpan minownya dihajar ikan simba seberat 6 kilogram. Sebagai pemancing pengalaman, dengan mudah ia menaklukkan perlawanan ikan. Melihat jorannya melengkung tajam, seisi kapal mulai riuh dan semangat para pemancing semakin terpompa.
Susul menyusul strike mewarnai malam hari kami di bawah tiang-tiang RIG. Beberapa pemancing kehilangan umpan mereka karena serangan ikan barakuda. Ikan yang satu ini memang memiliki gigi setajam pisau.
Pesta strike berlanjut hingga pukul 21.00. Cuaca kemusian mulai memburuk. Angin bertiup kencang, gelombang laut juga makin tak ramah. Namun banyak pemancing yang sudah merasakan strike. Nahkoda kapal memutuskan untuk menjauh dari lokasi, menghindari badai yang terlihat menuju arah kami.
Kebanyak hasil yang kami dapat adalah ikan dari keluarga Travely. Ikan dengan tenaga luar biasa ini memang menjadi incaran pemancing di seluruh dunia, karena kekuatannya. Ia tak mudah menyerah dan menyerang dengan ganas.
Sayang pesta strike kami harus tertunda karena badai berlangsung hingga pukul 03.00 pagi. Kami kembali mendatangi kilang minyak yang berbeda, setelah cuaca mulai membaik. Kali ini kami mendatangi RIG yang kerap disebut sebagai ‘RIG Penghancur’ oleh pemancing lokal. Seperti namanya, ikan di spot yang satu ini, memang dikenal memiliki bobot di atas rata-rata spot RIG lainnya.
Benar saja, kedatangan kami langsung disambut dengan serangan simba besar. Hafiz kembali membuka strike di lokasi ini. Reelnya berderit kencang ketika seekor simba tiba-tiba menghantam upan. Ia tampak kewalahan melayani kekuatan ikan. Namun ikan akhirnya menyerah setelah 15 menit pertarungan. Kembali keluarga Travely yang naik. Kali ini dengan bobot 16 kilogram.
Pesta strike terus berlanjut. Seekor tenggiri berukuran monster seberat 8 kilogram kembali naik di tangan Hafiz. Dengan cuaca yang kembali bersahabat banyak ikan-ikan yang berhasil kami angkat. Teknik dasaran yang dipakai sejumlah teman lainnya juga cukup berhasil. Beberapa ikan kerisi, kerapu, dan beberapa keluarga tongkol berhasil dinaikkan ke kapal.
Rasio strike mulai bekurang seiring hari memasuki siang. Kami sukses menaikkan ikan dari berbagai jenis dengan total berat 87 kilogram. Kebanyak monster yang berhasil didapat adalah ikan simba alias Giant Travely.
Kami akhirnya memutuskan pulang ketika jam menunjukkan pukul 09.00 pagi. Sungguh sebuah pengalaman luar biasa. Bagi Anda penikamt sensasi strike, Spot RIG Lampung Timur wajib Anda coba.(*)
Laporan Roy Mawandhi, Wartawan Jejamo.com