Jejamo.com. Bandar Lampung – Di ujung Jalan Pandawa Raya Bandar Lampung terdapat sebuah bangunan kecil yang berukuran 8 x 4 meter yang penuh dengan oli bekas yang berwarna hitam legam. Di tempat inilah, terdapat dua motor Revo yang berwarna hitam list biru dan berwarna hitam liist merah.
Dua motor Honda Beat pink dan hijau, serta satu motor Vega biru juga terparkir di sana. Motor-motor tersebut ada yang mengalami mogok, juga ada yang pecah ban.
Di hadapan Ricky, nama pria penambal ban itu, sudah terstandar motor Vega biru yang mengalami pecah ban. Dengan berasalasakan sandal berwarna putih, berpakaian kaus hitam dan celana hitam pendek, Ricky mulai bekerja.
Dengan sebatang besi kecil pipih, ia mengeluarkan ban dalam motor Vega biru itu. Setelah semua ban dalam keluar, ia memasukkan ban dalam ke ember hitam yang berisi air yang terlihat keruh.
Ia memutar-mutarkan ban di dalam ember hitam itu untuk mencari bagian yang bocor. Beberapa saat kemudian ia menemukan lubang pada ban tersebut akibat paku kecil.
Pemilik motor Vega biru itu mengobrol dengan Ricky sembari menunggu ban motornya selesai ditambal.
“Ky, elu enggak malu tah jadi tukang tambal ban kayak gini?” tanya pemilik motor Vega biru.
“Hehehe, enggaklah, Bang. Kenapa gua harus malu. Lagian gua kan kerjanya halal,” jawan Ricky dengan senyuman.
Sambil menunggu alat tambalnya panas, ia berpindah ke motor Jupiter biru yang baru saja datang untuk ditambah angin.
“Tap…tap…tap…,” suara dari langkah Ricky beralaskan sandal jepit yang akan mengambil selang kompresor yang tergantung di paku yang ada di ujung tembok bangunan itu.
Ia menghidupkan mesin kompresor, setelah itu membuka tutup pentil ban dan menempelkan ujung selang kompresor dengan pentil yang ada di motor tersebut agar angin masuk ke dalam ban. Selesai memberi angin, ia menerima uang Rp2.000 rupiah pengendara.
“Makasih,” ujar pengendara motor.
“Sama-sama,” jawab Ricky.
Ia berjalan kembali ke arah motor Vega biru. Ia menambal ban motor itu. Selang 3 menit, ia memasukkan ban perlahan-lahan.
“Lu punya kendala enggak sih Ky jadi tukang tambal ban. Reaksi kawan-kawan lu di kampus gimana liat elu kayak gini?” tanya pemilik motor.
Ricky mengatakan, ia terkendala membagi waktu antara bekerja dan kuliah. Soal kawan-kawan di kampus, kata Ricky, semua baik-baik saja.
“Berapa Ky?” tanya pemilik motor Vega biru.
“Ya biasalah, Bang, Rp8.000 aja, pake tanya segala, hehehe.”
Ricky mengakhiri pekerjaannya dan rehat sejenak sambil menunggu kendaraan lain yang ditakdirkan Tuhan menjadi rezekinya.(*)
Laporan Ovianty, Kontributor Jejamo.com