Jejamo.com, Bandar Lampung – Sejak tadi malam sejumlah daerah di Bandar Lampung dilanda banjir. Sejumlah sungai di kota ini meluap, salah satunya Kali Awi di kawasan Tanjungkarang Pusat.
Direktur Eksekutif Mitra Bentala Mashabi mengatakan, ada beberapa hal yang memicu banjir di Bandar Lampung.
Yang pertama, kata Abi, curah hujan memang tinggi. Beberapa minggu terakhir hampir tiap hari Bandar Lampung dilanda hujan. Intensitasnya yang tinggi memicu banjir di sejumlah titik di kota ini.
Yang kedua, jelas Mashabi, adalah daerah aliran sungai mengalami pendangkalan dan penyempitan. Dengan makin sempit dan dangkalnya sungai, air kemudian meluap ke permukiman penduduk.
“Sungai di Bandar Lampung sudah tak mampu lagi menampung derasnya air hujan. Karena dangkal dan sempit, air kemudian meluap, masuk ke permukiman penduduk dan menyebabkan banjir,” ujar Mashabi kepada Jejamo.com via telepon Selasa pagi, 21/2/2017.
Mashabi menambahkan, ruang terbuka hijau juga makin kecil di Kota Tapis Berseri. Padahal, amanat undang-undang, 30 persen dari wilayah itu mesti ada ruang terbuka hijau.
Pembangunan mal dan perumahan, kata Abi, diduga menyumbang saham atas banjir yang melanda Bandar Lampung.
“Andaipun ada pembangunan, 30 persen area mesti hijau. Jadi, ada wilayah yang bisa menyerap air,” katanya.
Mashabi menuturkan, alih fungsi lahan di sekitaran Kemiling dan Sukadanaham juga dinilai memicu banjir. Pasalnya, daerah yang menjadi area tangkapan air atau catchment area menjadi rusak karena pembangunan perumahan dan mal. Mashabi menilai, kawasan bukit di Sukadanaham sudah banyak yang beralih fungsi menjadi perumahan. Dengan begitu, air yang turun tak bisa diserap dengan baik dan langsung melimpah ke dataran yang lebih rendah.
Mashabi menambahkan, diperlukan sikap tegas Pemkot Bandar Lampung untuk menolak izin pembangunan perumahan di daerah yang diperuntukkan catchment area.(*)
Laporan Adian Saputra, Wartawan Jejamo.com