Jejamo.com, Tulangbawang Barat – Keindahan desain masjid Islamic Center Tulangbawang Barat ternyata menimbulkan kekhawatiran akan pergeseran esensi tempat ibadah. Hal ini seperti disampaikan Artha di kabupaten tersebut kepada jejamo.com, Selasa, 28/2/2017.
Desain masjid yang diresmikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pada 2016 lalu ini memang banyak menuai pujian. Berada satu komplek dengan Sesat Agung atau balai adat, kedua bangunan ini dikelilingi danau buatan.
Oleh arsitek yang merancangnya, masjid dibuat vertikal dan Sesat Agung horisontal. Dan yang unik, tak seperti lazimnya, masjid itu tidak berkubah dan tak bermenara.
“Hal ini yang menimbulkan kekhawatiran karena banyak orang yang datang hanya ingin tahu bagaimana bentuk bangunannya sehingga memungkinkan pergeseran makna masjid sebagai tempat ibadah,” ujar Artha yang tercatat sebagai mahasiswa Universitas Lampung.
Kehawatiran ini berlasan karena banyak muda mudi yang duduk berduaan di kompleks Islamic Center dan Sesat Agung.
“Untuk itu, saya berharap Pemkab tulangbawang Barat bisa mengembalikan esensi masjid ini sebagai tempat ibadah. Bisa dibangun sarana penunjang seperti perpustakan islami atau yang lainnya,” harap Artha.
Meski begitu ia mengapresiasi langkah Pemkab Tulangbawang Barat yang terbilang ambisius dengan menggelontorkan dana sekitar Rp50 miliar untuk membangun Islamic Center dan Sesat Agung.
Keberadaan gedung balai adat di dekat masjid, menurut Artha, sudah pas. Lantaran kegiatan adat dan kebudayaan tidak boleh sampai melupakan ibadah kepada Allah.
“Jika ada kegiatan gawi adat, lalu masuk waktu salat, maka orang-orang bisa dengan mudah beribadah di masjid ini,” katanya.
Dia juga berharap aksara Lampung yang tertulis di gedung Sesat Agung Tulangbawang Barat bisa ditambah keterangan arti dalam bahasa Indonesia. “Ini akan memberi penjelasan maknanya bagi masyarakat luar Lampung yang datang berkunjung,” ujar Artha.(*)
Laporan Buhairi Aidi dan Mukaddam, Wartawan Jejamo.com