Jejamo.com, Bandar Lampung – Arie Nanda Djausal mengajak kalangan muda di Lampung menjadi pengusaha. Menurut putra pengusaha Faishol Djausal itu, hal utama yang dibutuhkan calon pengusaha adalah membangun kepercayaan. Dan soal membangun kepercayaan, kata Arie, butuh proses dan tidak instan.
Alumnus SMAN 2 Bandar Lampung itu mengatakan, kebanyakan calon pengusaha selalu berbicara soal modal saat hendak memulai. Padahal, yang mesti dibangun pertama kali adalah kepercayaan.
“Modal memang penting, tapi di atas itu ada kepercayaan. Misal, ada orang butuh material, kita enggak ada modal. Tapi karena kita dipercaya orang, kita pinjam uangnya lalu kita belanjakan material, kemudian dijual. Orang yang membayar kepada kita dengan tunai, modal kita pinjam dari orang. Kalau tidak dibangun dengan kepercayaan, sulit menuju ke arah sana,” kata Arie kepada jejamo.com, Jumat, 7/4/2017.
Menjadi pengusaha, kata dia, juga membutuhkan jiwa besar, keikhlasan. Apalagi jika dihadapkan pada kegagalan.
“Gagal itu kansnya pasti ada dalam membangun usaha. Tinggal kita saja berbesar hati, ikhlas. Kalau sedang gagal, ya bisa susah tidur, dan sebagainya. di situlah kita mesti menata hati dan pikiran supaya tidak benar-benar jatuh secara mental,” ujar Direktur Utama PT Rindang 31 itu.
Arie juga mengajak kaum muda untuk pintar melihat peluang usaha. Jika peluangnya besar, patut untuk dicoba dan dikembangkan.
Selain itu, dalam berbisnis, juga dibutuhkan kerja sama tim yang solid. Ia mencontohkan, sebagai seorang pemimpin di perusahaan, ia berusaha membangun tim yang kokoh.
Komunikasi dijalin dengan baik dan memberikan target dan tenggat waktu kepada rekan kerja lainnya. Sehingga, dengan begitu, target yang dipancangkan bisa diselesaikan tepat waktu.
Arie melihat, potensi Lampung untuk berkembang itu luar biasa. Kekayaan alam Lampung, ujar dia, lebih dari cukup untuk dikembangkan sampai menjadi sebuah industri yang mantap. Misalnya dalam hal pariwisata, sumber daya alam, dan sebagainya.
Soal wisata bahari, Arie meyakini Lampung punya kans besar untuk maju. Apalagi daerah ini punya garis pantai terpanjang di Sumatera. Demikian pula potensi tambang mineral batuan, mineral logam, dan tambang minyak lepas pantai. Arie juga menaruh perhatian pada potensi agribisnis di Lampung yang sangat variatif.
Secara pribadi, Arie berkeinginan membangun industri manufaktur di Lampung. Ia menargetkan setidaknya dalam 5-10 tahun ke depan, industri manufaktur di Lampung akan berkembang.
“Apalagi ini sesuai dengan basis kompetensi dan studi sarjana saya,” ujarnya.
Selain sebagai pengusaha, Arie juga bergiat di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Lampung. Awalnya, waktu mulai terlibat pada 2010, ia diajak sang kakak, Mirza, untuk gabung di Hipmi.
“Sekarang saya Ketua Bidang II. Banyak yang dilakukan oleh Hipmi. Paling sering adalah mengisi seminar yang di dalamnya diikuti anak muda di Lampung. Kami ingin lebih banyak pengusaha muda tumbuh di Lampung ini,” ujar sarjana teknik industri Universitas Trisakti dan Magister Manajemen Universitas Trisakti itu.
Tahun ini, era kepemimpinan Hipmi akan berakhir. Arie digadang-gadang menjadi ketua umum periode berikutnya, 2017-2020.
“Kalau dukungan dari tiap cabang ya sudah ada. Tapi namanya pemilihan pasti ketahuan hasilnya pas hari H. Namun, saya punya keinginan menciptakan pengusaha muda baru di Lampung. Misi Hipmi kan menyejahterakan masyarakat. Salah satunya adalah dengan membangkitkan motivasi kawan-kawan untuk mau menjadi wirausahawan baru,” kata dia.
Sebagai orang yang meneruskan usaha rintisan keluarga besar H. Faishol Djausal, Arie memang punya tantangan yang lumayan besar. Meneruskan sebuah bisnis yang dibangun oleh orangtua, Arie mengakui tidak gampang.
Ia mengatakan, ia tetap punya ide baru dan independensi dalam menjalani usaha itu. Namun, ia berupaya menerima masukan orangtua yang sudah berpengalaman dalam membangun usaha skala nasional.
“Menyatukan pemikiran saya dengan orangtua pasti ada seninya. Ya pintar-pintar saja untuk berkomunikasi. Tantangan usaha sekarang tentu beda dengan zaman ayah saya dahulu. Namun, saya tetap mensinkronkan gagasan pribadi dengan masukan orangtua,” kata dia.
Arie juga tetap mempertahankan usaha konstruksi yang sudah dibangun orangtuanya puluhan tahun yang lalu. Namun, ia mencoba mendiversifikasikan usaha itu sehingga makin berkembang.
“Diversifikasi perlu, demikian juga inovasi. Kami tetap mempertahankan core utama bisnis yang dirintis orangtua. Sekarang tinggal meneruskan dan membuatnya makin besar,” ujarnya.
Baru-baru ini, Arie dan sejumlah kawan membuat sebuah kafe dan restoran dengan konsep muda, gaul, dan asyik: Pavilion.
“Pavilion dibangun juga atas dasar kepercayaan. Karena melihat ada peluang, saya ambil. Saya termasuk pemilik atau owner di sini. Saya lihat kapasitas kawan-kawan juga memadai dan secara marketing plan-nya oke. Maka, kita coba bangun Pavilion Cafe and Resto ini,” ujarnya.(*)
Laporan Adian Saputra, Wartawan Jejamo.com