Senin, November 11, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Guru SMA Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Kembangkan Alat Pengering Singkong

Wahyudianto menunjukkan alat pengering singkong biatannya, Senin, 24/4/2017. | Mukaddam/Jejamo.com
Wahyudianto menunjukkan alat pengering singkong biatannya, Senin, 24/4/2017. | Mukaddam/Jejamo.com

Jejamo.com, Lampung Utara – Seorang guru SMA Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara mengembangkan alat pengering singkong sederhana. Wahyudianto, guru tersebut, berharap mesin pengering sederhananya bisa mendongkrak penghasilan petani serta menyerap tenaga kerja.

Harga singkong atau ubi kayu yang kian terpuruk, lantaran hasil panen dari para petani tidak berbanding lurus dengan permintaan atau kemampuan produksi pabrik, kerap membuat petani merugi. Banyak singkong yang busuk dan terbuang karena terlalu lama mengantre di pabrik.

Hal ini yang kemudian melatarbelakangi Wahyudianto berkreasi kecil-kecilan. Ia memulai penelitian sederhana tentang proses pengeriangan lalu dilakukan sedikit uji coba. Hasilnya pun bisa dibilang cukup menggembirakan.

“Jumlah antrean akan dapat ditekan dengan melakukan pengeringan terlebih dahulu terhadap hasil panen, sehingga pabrik dapat menerima bahan dalam keadaan kering. Selain itu juga proses pengeringan akan menyerap tenaga kerja yang cukup banyak,” tuturnya saat ditemui Jejamo.com di tempatnya melakukan penelitian, Senin, 24/4/2017.

Menurutnya dengan menggunakan alat penyimpan panas, alat pengering akan irit penggunaan bahan bakar. Hasilnya pun diklaim lebih baik ketimbang proses pengeringan dengan menggunakan panas matahari.

Dia menambahkan, alat pengering sederhana miliknya bisa memberikan hasil baik terkait bobot singkong sehingga bisa diterima di pasaran.

“Setelah alat pengering  diujicoba dalam sekala kecil, bahan baku ubi kayu hanya mengalami penyusutan bobot berkisar 45 persen dari jumlah yang dikeringkan. Dari 10 kg ubi kayu bila dikeringkan dengan alat pengering ini akan menjadi 5,5 kg,” jelasnya.

Hasil ini berbeda dengan pengeringan yang dilakukan melalui panas matahari, di mana 10 kg ubi kayu akan menjadi 3,5 kg ubikayu kering. Apalagi menggunakan sinar matahari membutuhkan waktu minimal tiga hari, sementara dengan alat pengering hanya 12 jam dan tidak terpengaruh oleh cuaca.

“Bila uji coba dalam skala besar nanti berhasil baik, maka saya akan beritahukan kepada Pemerintah Provinsi Lampung untuk dapat dikembangkan guna membantu warga Lampung,” pungkas Wahyu.(*)

Laporan Buhairi Aidi dan Mukaddam, Wartawan Jejamo.com

Populer Minggu Ini