Jejamo.com – Warga Uruguay, menjadi warga dunia pertama yang mendaftarkan diri untuk membeli ganja yang disediakan pemerintah untuk kebutuhan rekreasional. Berbeda dengan Belanda yang mengizinkan konsumsi ganja di kafe atau negara-negara lain yang mengizinkan penggunaan ganja secara terbatas, Uruguay sungguh berbeda.
Negeri kecil di Amerika Selatan ini adalah negara pertama di dunia yang melegalkan ganja mulai dari proses produksi hingga penjualan. Setelah diizinkan pemerintah menanam ganja di rumah dan mengisapnya di kafe-kafe, dalam waktu beberapa pekan ke depan warga Uruguay bisa mendapatkan ganja dari apotek sama seperti mereka membeli sampo atau pil aspirin.
“Ini adalah langkah luar biasa yang saya rasakan sebagai warga negara,” ujar Marcos Ferreira (41), seorang warga yang ingin mendaftar sebagai konsumen ganja di sebuah kantor pos di Montevideo. “Uruguay sedang berinovasi, dan kita lihat apa hasilnya,” ujar Ferreira yang bekerja di sektor pariwisata.
Langkah pemerintah ini adalah yang terbaru dalam mengimplementasikan undang-undang yang melegalkan seluruh proses produksi, penjualan, dan konsumi mariyuana. Bagaimana peran pemerintah di sini? Pemerintah mengharuskan pengguna mendaftarkan diri dan memasukkan sidik jari mereka. Hal ini dilakukan untuk memastikan agar mereka tidak melampaui batas maksimum pembelian 40 gram sebulan.
Sementara itu, pemerintah juga menanam ganja yang akan dijual kepada masyarakat di sebuah kebun rahasia di dekat ibu kota yang pengelolaannya diserahkan kepada pengusaha swasta.
Satu gram ganja dihargai 1,30 dolar AS atau sekitar Rp 17.000, demikian dijelaskan sekretaris jenderal Dewan Obat-obatan Nasional Diego Olivera. “Harga itu kurang dari separuh harga di pasar gelap,” kata Yamila (26), salah seorang pengantre di kantor pos.
“Pemuda dan anak-anak membeli mariyuana di pasar gelap. Selain mahal, kami juga tak tahu apa yang kami dapat,” tambah Yamila.”Kini saya bisa pergi ke apotek dan membeli mariyuana. Ini jauh lebih baik, efisien, dan aman,” ujar Yamila sambil memperlihatkan kartu registrasinya.
Ketua Dewan Obat-obatan Nasional Juan Andres Roballo, yang juga adalah penasihat presiden, mengatakan, penjualan ganja di apotek diperkirakan akan dimulai pada pekan pertama Juli.
Sejumlah politisi masih menentang undang-undang legalisasi ganja yang diloloskan semasa pemerintahan Presiden Jose Mujica yang berhaluan kiri. Bahkan dalam jajak pendapat saat itu, dua pertiga warga Uruguay menolak undang-undang tersebut.(kompas.com)