Jejamo.com, Bandar Lampung – India menjadi negara tujuna ekspor terbesar Lampung pada bulan April 2917 dengan nilai mencapai US$ 75,69 juta, lalu diikuti Amerika Serikat US$40,14 juta, Tiongkok US$34,74 juta, Spanyol US$19,44 juta dan Belanda US$ 18,46 juta. Peranan kelima negara tujuan ekspor tersebut mencapai 62,51 persen.
Demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Yeane Irmaningrum dalam konferensi pers di Ruang Viscon Lantai 3 BPS Provinsi Lampung, Senin, 15/5/2017.
Sementara untuk nilai ekspor Provinsi Lampung pada April 2017 mencapai US$301,47 juta yang berarti mengalami penurunan sebesar US$ 33,03 juta atau turun 9,87 persen dibandingkan ekspor Maret 2017 yang tercatat US$334,50 juta. Namun, jika dibandingkan dengan nilai ekspor April 2016 yang tercatat US$195,69 juta, maka mengalami kenaikan sebesar US$ 105,78 juta atau naik 54,05 persen.
Menurut Yeane ada lima golongan barang utama ekspor Lampung pada April 2017 yaitu lemak dan minyak hewan/nabati, kopi, teh dan rempah rempah, batu bara, bubur kayu/pulp, dan olahan dari buah buahan/sayuran.
Kenaikan skspor pada April 2017 dibanding Maret 2017 terjadi pada dua golongan barang utama yaitu bubur kayu/pulp naik sebesar 63,72 persen dan kopi, teh, dan rempah rempah naik sebesar 12,14 persen.
Sedangkan tiga golongan barang utama mengalami penurunan yaitu olahan dari buah buahan/sayuran turun sebesar 21,67 persen, lemak dan minyak hewan/nabati turun sebesar 4,25 persen, dan batu bara turun sebesar 16,84 persen.
Untuk nilai impor Lampung pada April 2017 mencapai US$ 218,61 juta yang berarti mengalami penurunan sebesar US$ 29,78 juta atau turun 11,99 persen dibandingkan Maret 2017 yang tercatat US$248,39 juta. Namun, nilai impor April 2017 tersebut lebih tinggi US$10,79 juta atau naik 5,19 persen jika dibanding April 2016 yang tercatat US$207,82 juta.
“Kenaikan impor pada April 2017 terjadi pada dua golongan barang utama yaitu biji-bijian berminyak naik 114, 83 persen dan binatang hidup naik 67,66 persen. Sedangkan dua golongan barang utama yang mengalami penurunan yaitu gula dan kembang gula turun sebesar 37,16 persen dan ampas/sisa industri makanan turun 2,75 persen,” jelas Yeane.(*)
Laporan Widyaningrum, Wartawan Jejamo.com