Jejamo.com, Bandar Lampung – Forum Komunikasi Mahout Indonesia (FKMI) menggelar workshop di Taman Wisata dan Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung, Selasa, 16/5/2017.
Komisaris Taman Wisata dan Satwa Lembah Hijau, M Irwan Nasution mengatakan, pihaknya memfasilitasi kegiatan workshop FKMI, guna menambah pengetahuan Mahout akan gajah dan teknik pelatihannya secara maksimal.
“Kegitan ini telah rutin dilakukan hingga ke-8 kalinya, dengan jumlah 80 peserta yang diantaranya berasal dari mahout d-i Bali,  mahout d-i Kalimantan, dan  mohout di 6 titik observasi d-i Sumatera,” ujarnya kepada Jejamo.com, Selasa, 16/5/2017.
Dirinya berharap, dengan adanya kegiatan seperti ini akan dapat menjadi ujung tombak pariwisata. Dengan mengasah keterampilan Mahout gajah maka secara otomatis dapat meningkat, sehingga pengunjung semakin tertarik untuk bercengkrama bersama satwa yang menjadi ikon Provinsi Lampung.
Sementara itu, Kasubdit Pengawetan Jenis Direktorat Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Puja Utama, mengatakan, kegitan ini sejalan dengan program pemerintah dalam melindungi satwa yang terancam punah. Selain itu, para mahout juga dapat bertukar informasi.
“Para mahout juga paham bagaimana cara dan tindakan pengelolaan khusus dalam melindungi satwa yang terancam punah. Kita ketahui gajah tidak hanya ada di area penangkaran saja. Namun, juga masih banyak kita jumpai di alam, khususnya hutan liar. Untuk itu diperlukannya peran masyarakat dalam mendukung perlindungan satwa, salah satunya yakni dengan tidak merusak habitat gajah d-i hutan,” ungkapnya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Lampung Budiharto menjelaskan, workshop pada kali ini yakni dapan rangka bertukar informasi tentang upaya merawat gajah dari India dan Internasional Foundation dan membawa potensi mengmbangkan gajah. Â “Dengan adanya mahout penanganan gajah akan semakin baik dan meningkatkan daya tarik wisatawan,”kata dia.
Ia mengatakan, pemerintah mendukung penuh dalam perlindungan satwa, Â tidak hanya dari sisi keterampilan mahout, Â namun juga perihal infrastruksur khususnya yang dapat menunjang transportasi wisatawan menuju daerah observasi gajah seperti di Waykambas.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com.