(Ketua DPC PKS Kemiling)
Silahturahim Ied memang selalu meninggalkan banyak cerita, seperti tahun ini, tepatnya 3 sampai dengan 6 Syawal 1438 H, kami bersilahturahim ke beberapa ustaz, guru dan tokoh, dari mulai level kelurahan, kecamatan, wilayah sampai nasional.
Banyak hikmah, insiprasi yang ingin kami bagi dari silahturahim Ied yang kami lakukan, namun dari banyak hikmah yang ada, kami tertarik mendalami satu kalimat unik yang mewakili kesamaan pesan dari beberapa orang yang disampaikan kepada kami.
Kalimat tersebut kami beri judul “Cari Aman atau Cari Amal”
Saudaraku,
Ketika mendengar kata aman tentu pada setiap kita akan muncul perasaan tenang dan nyaman. Namun bila kata aman disandingkan dengan kata cari (baca “cari aman) maka dua kata tersebut bisa berubah menjadi kalimat sifat dan tentunya dalam memahaminya akan banyak tafsir yang menari-nari di benak kita.
Ada yang menyimpulkan dan menyamakan prilaku cari aman dengan sifat pengecut, namun ada juga yang memahaminya sebagai strategi untuk mendapatkan sesuatu.
Contoh sederhana, dalam pertandingan sepak bola kita biasa melihat banyak tim menerapkan stategi mengulur waktu di menit menit akhir pertandingan saat tim mereka dalam kondisi menang.
Tidak salah tentunya bila sebagian kita menyimpulkan bahwa tim yang mengulur ulur waktu tersebut berstartegi “cari aman” untuk memperoleh kemenangan, namun tidak salah juga bila ada sebagian orang yang menyimpulkan bahwa tim tersebut pengecut. Semua tergantung dari sudut pandang masing-masing kita.
Lantas bagaimana bila “cari aman” diterapkan pada prilaku kita dalam menjalani kehidupan, baik dalam aktivitas keluarga, dunia kerja, organisasi dan masyarakat.
Saudaraku,
Cari aman dalam kehidupan bila diterapkan tentunya sah-sah saja, namun bila selalu kita terapkan maka yang akan terjadi ialah tidak akan maksimalnya kebermanfaatan kita serta radius kabaikannya akan sempit, potensi kita tak akan teroptimalkan, mental tidak terasah serta sifat kebijaksanaan kita tak akan muncul ke permukaan.
Prilaku yang benar dalam kehidupan bukanlah cari aman, namun cari amal. Cari amal akan merangsang segala potensi yang kita miliki bergerak dan berkontribusi. Pribadi yang terus beramal akan senantiasa bersemangat dalam mengupgrade diri. Ia ingin hidupnya banyak manfaat dan radius kebaikannya semakin meluas.
Ia akan menjadi sosok yang berani mengambil peran, menghadapi tantangan karena yang ia pahami, kita dilahirkan untuk jadi pahlawan. Dalam maksimal beramal, kita patut mencontoh dedikasi Rasulullah dan para sahabat dalam perang khandaq.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Syawal tahun kelima hijriyah. Pada saat itu jumlah umat Islam masih sedikit; hanya sekitar 3000 personil, padahal jumlah pasukan musuh telah mencapai 10.000 personil. Tentunya mereka beranggapan tidak ada daya dan kekuatan untuk menghadapi mereka secara konfrontatif, kecuali dengan membangun benteng sehingga dapat menghalangi langkah musuh.
Umat Islam ketika itu berhadapan dengan dua buah pilihan yang sama beratnya. Mereka tidak mungkin menyongsong pasukan lawan karena sama saja bunuh diri. Namun untuk bertahan pun, jumlah mereka terlampau sedikit.
Namun Salman Al-Farisi punya ide lain. Beliau berkata: “Wahai Rasulullah, sewaktu kami di Persia, jika kami diserang, kami membuat parit, alangkah baik jika kita juga membuat parit sehingga dapat menghalangi dari mereka melakukan serangan”.
Secara cepat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyetujui pendapat Salman. Singkat cerita, Rasulullah dan para sahabat mulai membuat peta penggalian; Dalam proses penggalian, setiap sepuluh orang diwajibkan menggali parit sepanjang 40 meter (lebar 4,62 meter dan dalam 3,234 meter). Setelah sekitar enam hari, panjang parit yang berhasil digali mencapai 5.544 meter. Penggalian parit dilakukan dalam waktu 6 hari, namun ada juga yang berpendapat 10 hari.
Umat Islam bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mulai bekerja membuat parit dan mereka menganggapnya sebagai ibadah yang akan ada ganjarannya kelak. Mereka saling bergotong royong dan saling membantu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pun begitu giat bekerja sehingga umat Islam juga terpacu dengan semangat untuk melakukannya. (diambil dari berbagai sumber)
Masya Allah, kisah perang khandaq memberikan banyak insiprasidan mengajarkan kepada kita. Bahwa Rasulullah dan para sahabat sangat maksimal mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Bermula dari problem dan kondisi realitas, kemudian ditemukan ide dan gagasan untuk menghadapi realitas tersebut. Sampai pada pengejawantahan ide menjadi amal nyata yang sukses mengatasi problem yang ada.
Saudaraku,
Mari maksimal dalam mengoptimalkan potensi yang ALLAH SWT berikan kepada kita. Dunia ini tempat mencari amal, bukan mencari aman. Subhanallah, kami mencoba menemukan kalimat baru untuk mewakili dan memperbaiki tema diatas. “Cari amal untuk kehidupan akhir yang Aman”
Kemiling, 11 Syawal 1438 H
Fastabiqul Khairat