Jejamo.com, Bandar Lampung – Kelangkaan garam membuat sejumlah pengelola ikan asin di Pulau Pasaran, Telukbetung Timur, Bandar Lampung menjerit. Pasalnya, sejak tiga bulan terakhir, garam semakin langka dan harganya naik empat kali lipat dari harga sebelumnya.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kota Bandar Lampung Toto Hariyanto mengatakan, dalam tiga bulan ini, sejumlah pengelola ikan asin di Pulau Pasaran kesulitan membeli garam.
“Garam ini dari tiga bulan yang lalu sampai sekarang ini bukan lagi naik harga, melainkan ganti harga. Sebab per Februari masih kisaran Rp70 ribu per sak dan mencarinya susah. Sekarang harganya Rp270 ribu per sak. Atau per kilogramnya Rp5.500,” ujarnya kepada jejamo.com saat ditemui di kediamannya di Pulau Pasaran, Selasa, 25/7/2017.
Lanjut Toto, kenaikan garam cukup berdampak kepada pengelola ikan asin di Pulau Pasaran.
“Apalagi di sini ada sekitar 48 pengelola ikan asin. Kami susah sekali mencari garam dengan kondisi harga yang cukup tinggi,” kata dia.
Dia menjelaskan, ia tidak mengetahui penyebab kenaikan harga garam naik. Namun, ia menduga, ada permainan pengusaha garam.
“Bagi kami sebagai pengelola, dampaknya cukup besar sekali dan berakibat juga pada bahan pokok dan modal bertambah. Perbedaan harga yang dulu Rp70 ribu naik Rp270 ribu itu kenaikan 4 kali lipat. Harga pokoknya tinggi sekali,” ungkapnya.
Secara nasional, garam memang kini melonjak harganya. Selain itu, konsumen juga sulit mendapatkan bahan pokok itu.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com