Senin, November 11, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Azahra Bocah Penderita Hidrosefalus asal Lampung Utara Butuh Bantuan

Azahra Adelia didiagnosa sakit Hidrosafalus saat menjalani perawatan di ruang Alamanda RSUDAM Lampung, Selasa, 1/8/2017 | Andi/jejamo.com
Azahra Adelia didiagnosa sakit Hidrosafalus saat menjalani perawatan di ruang Alamanda RSUDAM Lampung, Selasa, 1/8/2017 | Andi/jejamo.com

Jejamo.com, Bandar Lampung– Azahra Adelia (5), anak pertama pasangan suami istri dari Ade Muksan (25) dan Marlia (27), warga Jalan Desa Muara Dua, Kecamatan Abung Tinggi, Lampung Utara, menderita hidrosefalus dan  gizi buruk sejak berusia enam bulan.

Azahra hanya bisa terbaring lemah di ruang Penyakit Anak Alamanda, Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Lampung.  Ia hanya dapat menggerakkan kedua bola matanya dan terlihat sesekali tersenyum. Sementara bagian tubuh lainnya tidak dapat gerakan.

Ade Muksan, mengatakan, putrinya menderita penyakit tersebut saat berusia enam bulan. Gejalanya menangis histeris seakan menahan sakit yang cukup menyakitkan.

“Nggak lama setelah menangis ia panas tinggi dan ditambah kejang-kejang gitu. Terus langsung saya bawa ke Rumah Sakit Ryacudu, Lampung Utara, di sana dirawat selama satu Minggu, terus di rujuk ke RSUDAM,” ujarnya kepada jejamo.com, saat ditemui di RSUDAM, Selasa, 1/8/2017.

Lanjut Ade, setelah diperiksa di RSUDAM anaknya tersebut didiagnosa sakit hidrosefalus dengan ciri-ciri bagian kepala membesar.”Waktu tahu anak didiagnosa sakit Hidrosafalus, langsung dilakukan operasi itu sekitar 4 tahun lalu. Namun, hingga sekarang kondisi nggak sembuh. Padahal waktu lahir dalam keadaan normal,” ungkapnya.

Dirinya dan sang istri tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi penyakit yang diderita putrinya.  Penyakit itu juga membuat anaknya tidak mau makan dan bahkan membuatnya mengalami gizi buruk.”Tiap malam nangis karena cairan sering keluar dari kepalanya, Makan mau tapi dikit-dikit, tubuhnya juga seperti mati rasa, Kalau ketawa dan mendengar masih bisa,” tungkasnya.

Dia menambahkan, untuk kesembuhan anaknya , ia dan istrinya harus pontang-panting mencari biaya pengobatan. Walaupun, ada bantuan dari BPJS. Namun, untuk biaya operasional lainnya dia harus mencarinya dan bahkan sampai menjual mas kawin berupa cincin.

“Ya mau gimana lagi, biarpun dibantu BPJS tapi saya harus cari biaya juga untuk perawatannya, walaupun saya bekerja serabutan saya akan terus usahakan cari duitnya yang terpenting anak saya sembuh biarpun sampai menjual mas kawin,” urainya.

Menurutnya, dokter RSUDAM sempat menyarankan untuk mengganti selang yang terpasang di bagian kepala sampai perut dengan selang yang bagus. Namun, harganya cukup mahal sehingga membuatnya tak sanggup lagi mencari biayanya

“Selang yang bagus itu harganya sekitar Rp 10 jutaan, dan itu di luar dari BPJS. Saya sudah nggak sanggup lagi mau cari di mana biaya sebanyak itu. Jika, ada orang yang beri bantuan saya sangat berterimakasih dan mungkin saya nggak tahu bisa membalasnya pakai apa,” pungkasnya.(*)

Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com

 

 

 

 

 

Populer Minggu Ini