Jejamo.com, Australia – Produk kerajinan dari manik-manik itu dijejerkan bersama karya kriya dari Kalimantan dan Sumbawa. Terlihat agak mencolok karena warna jingganya yang terang. Tertulis di keterangan bahwa wadah pinang asal Lampung Peminggir itu dibeli oleh National Gallery of Australia (NGA) pada tahun 1984.
Berbagai kerajinan dan artefak Indonesia, dari Aceh sampai Papua diletakkan di seksi tersendiri. “Produk seni Asia pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya, menjadi perhatian kami karena secara geografis maupun kultur, Asia dan Indonesia penting bagi Australia,” jelas John, staf NGA yang menemani kami siang itu.
Di tempat yang sama pada malam sebelumnya, 23/9/2017 yaitu dalam acara Networking Dinner bersama pihak Kementerian Luar Negeri (Department of Foreign Affair and Trade) Australia, para akademisi dari Australia National University, Monash University, dan Deakin Institute serta seluruh peserta Australia Awards in Indonesia (AAI) 2017, saya berkesempatan mengenakan jilbab sulam usus dan selendang tapis Lampung yang cukup banyak menuai perhatian. Baik dari sesama peserta asal Indonesia maupun pegawai Kemenlu Australia.
“It looks really gorgeous,” kata staf Kemenlu Australia Sheona McKenna sambil meraba tenun benang emas di selendang tapis saya.
Setelah menanyakan asal selendang yang saya pakai, obrolan biasanya berlanjut ke “dimanakah Lampung berada?”
Dan saya akan jawab, “It is the southest part of Sumatra. Near Krakatau volcano.” Biasanya begitu disebut Krakatau barulah mereka ngeh, “Oooh, the Volcano.”Kemudian barulah obrolan mengalir pada hal-hal lain.(Oleh Detti Febrina)