Jejamo.com, Kota Metro– Pemkot Metro menggagas Program Kampung Iklim (ProKlim) melalui Dinas Lingkungan Hidup dan gerakan masyarakat. Untuk sosialisasi Kampung Iklim ini, Dinas Lingkungan Hidup dan tim mengadakan roadshow ke lima kecamatan dari tanggal 30 oktober hingga 3 november 2017.
Turut hadir sebagai pembicara Yerri Noer Kartiko dari Dinas Lingkungan Hidup, Yudiyanto selaku Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH), dan Dharma Setyawan selaku penggagas gerakan #Ayokedamraman.
“Program Kampung Iklim ini merupakan edukasi penyadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan yang sehat, nyaman, asri dan tentunya dapat melestarikan alam. Di Kota Metro sendiri tempat wisata alam yang potensial ialah di Metro Utara dan Metro Selatan” ungkap Yerri Noer Kartiko, selaku Sekertaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Metro.
Yudiyanto memaparkan terkait dampak perubahan iklim, pentingnya pelestarian lingkungan dan kesadaran akan penanaman pohon dan pencegahan penebangan liar.
“Perubahan iklim yang kita kenal dengan efek rumah kaca, tidak lain merupakan hasil dari ulah manusia itu sendiri sehingga menyebabkan Gas Rumah Kaca (GRK) seperti Karbondioksida, Metan, dan lainnya semakin banyak sehingga menyebabkan lapizan ozon bumi rusak” papar Yudiyanto, yang juga merupakan Dosen IAIN Metro.
Hal senada disampaikan pula oleh Dharma Setyawan, yang merupakan relawan dari unsur masyarakat sekaligus dosen IAIN Metro. Menurutnya, program Kampung Iklim merupakan program yang memberikan pengakuan terhadap partisipasi aktif masyarakat terhadap kelestarian alam khususnya Kota Metro.
“Menurut saya pariwisata tidak harus berbasis modern. Terlebih cara berpikir masyarakat dan pemerintah daerah juga harus diubah agar bukan mengutamakan PAD dari pariwisata, tetapi bagaimana kelestarian alam adalah yang utama, pariwisata adalah bonus dan partisipasi warga adalah kuncinya.” Pungkas Dharma.
Dari pemaparan tersebut, para pembicara bersepakat bahwa gerakan pariwisata harus melibatkan warga, dan menumbuhkan kembali kearifan lokal yakni gotong royong yang mulai hilang. Mereka juga menegaskan bahwa masyarakat adalah kunci keberhasilan program, bukan investor.
“Warga harus jadi tuan rumah di daerahnya sendiri. Jangan sampai potensi alam kita justru hasilnya dinikmati oleh orang luar (investor), sedangkan warganya harus bayar” tegas Dharma.(*)
Laporan Elly Agustina, Wartawan Jejamo.com