Berita Lampung Timur, jejamo.com – Musim kemarau panjang tahun ini dampaknya sangat dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Lampung, seperti sulit mendapatkan air bersih.
Hal ini seperti dialami warga Desa Margototo, Kecamatan Metro Kibang, Kabupaten Lampung Timur (Lamtim) yang juga terkena imbas dari musim kemarau panjang tahun ini.
Salah satunya adalah kisah sepasang suami istri, Warto dan Khotijah, asal Dusun Sembilan, desa setempat yang harus berjuang keras mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Tiap pagi dan sore hari, mbah Warto dan istrinya Khotijah, harus melangkahkan kaki rentanya menuju ke areal ladang cabai merah dan jagung untuk mengambil air dan mandi di sumur tua.
Jarak tempuh antara sumur dan rumah mbah Warto sekitar 300. Meski demikian, rasa lelah tidak terpancar dari raut muka tuanya, yang ada hanyalah pancaran kebahagiaan. Senyum serta canda tawa menghiasi muka kakek dan nenek ini saat berjalan menuju sumur.
Sesampainya di sumur, kedua tangan renta mbah Warto langsung mengerek tali timba untuk mengambilkan air yang akan digunakan sang istri tercintanya mencuci pakaian dan mandi.
Dengan sabar istrinya menunggu di sisinya saat tangan tua itu perlahan-lahan mengerek tali timba yang berisi air dari dalam sumur. Tak jarang sang istri juga membantu mbah Warto mengambil air dari dalam sumur tua itu.
Gurauan dan canda tawa sesekali terucap saat keduanya berada di bibir sumur menimba air untuk mengisi bak mandi plastik yang di bawa si nenek.
“Setiap pagi dan sore hari Saya dan istri selalu pergi ke sumur ini untuk mendapat air bersih. Kami juga mandi dan mencuci di sini. Saat pulang saya membawa jerigen berisi air untuk keperluan rumah,” ujar mbah Warto kepada jejamo.com, Sabtu, 7/11/2015.
Meski harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk mendapat air bersih, pasangan kakek dan nenek yang usianya hampir satu abad ini, selalu bersyukur.
”Ya terkadang juga harus jatuh bangun karena tersandung batu atau lubang. Maklumlah, namanya juga tubuh tua. Tapi, saya masih bersyukur karena dalam keadaan ini saya masih ditemani istri yang selalu setia mendampingi tubuh tua ini,” ucap Warto.
Keadaan kemarau yang membuat sebagian besar warga dan dirinya kesulitan mendapat air bersih tidak ia benci. Menurutnya musim kemarau memang ada masanya, keadaan itu tidak boleh menjadi beban.
“Yang penting kita selalu bersyukur dan bersabar setiap menjalankan kehidupan di dunia ini. Karena dengan rasa syukur itulah yang dapat meringankan setiap beban yang sedang dihadapi oleh setiap manusia,” pesannya.(*)
Laporan Winar, wartawan jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya