Jejamo.com, Lampung Tengah – Pedagang warung kelontong di Lampung harap waspada. Pasalnya saat ini modus baru penipuan melalui iming-iming penambahan modal dengan cara pembelian satu paket obat.
Hal tersebut seperti terjadi di Kelurahan Simbarwaringin, Kecamatan Trimurjo, Lampung Tengah, Senin, 15/1/2018. Toko Dedi salah satu korbanya. Selain itu beberapa toko di kelurahan yang sama juga mengalami nasib yang sama.
“Obatnya merek Grafadon, obat pereda nyeri, bisa untuk sakit gigi dan kepala, macam-macamlah. Di apotik katanya harganya Rp37 ribuan. Namun salesnya meminta kami membayar Rp400 ribu dengan iming iming mendapatkan uang modal Rp1,8 juta dan spanduk,” ujar Fitri penjaga Toko Dedi.
Menurutnya, ketika berhadapan dengan dua orang yang menawarkan obat tersebut, dirinya merasa terhipnotis dan begitu sangat percaya. Namun ketika orang tersebut pergi dalam beberapa jam kemudian dirinya baru merasa ada yang aneh dengan kejadian tersebut.
Beraninya lagi, kata dia, para penipu yang menggunakan mobil Avanza putih berpelat BG tersebut masih berusaha menyasar ke beberapa toko lainnya. Bahkan beberapa kali di tolak toko dan masih mampir ke beberapa toko yang tak jauh disekitarnya. “Ciri-cirinya orangnya itu tinggi besar, gemuk dan putih. Bersih badanya. Persis kaya sales. Cara bicaranya juga. Dan satunya lagi kurus,” terang Fitri.
Fitri semakin menyadari dirinya ditipu setelah saudaranya yang punya toko tak jauh dari rumahnya menghampiri dan menayakan tentang orang yang menawarkan obat dengan iming-iming memberikan modal uang Rp1,8 juta dan etalase dengan hanya mempromosikan produk dan membeli produk seharga Rp400 ribu.
“Saya sadar ketika mbak saya yang punya toko datang dan tanya ke saya. Soalnya dia juga ditawarkan hal serupa. Tapi dia sempat cek ke puskesmas harga obatnya. Ketika tahu harga tak wajar, tidak jadi beli,” tukasnya.
Sri Maisih pemilik Toko Yoga juga mengatakan hal yang sama. Sri mengakui sempat tergoda dengan penawaran si oknum tersebut. “Bayangkan di kampung diiming-iming modal Rp1,8 juta ditambah etalase buat wadah barang-barang. Itu karena kita memasang spanduk iklan. Pikir saya hanya itu awalnya. Tapi kok ada syarat pembelian obat. Nah karena gak sedikit, saya pun cek ke puskes, karena ini warung kan dekat sekali dengam puskes,” terangnya.
Sri juga menerangkan, selama menjelaskan si oknum tersebut tampak memperhatikan Puskesmas dan wajahnya pucat gemetar secara tiba-tiba. “Saya coba ke Puskes bilang mau cari hutangan. Tapi saya tanya harga. Nah ketika saya balik dan bilang gak jadi beli, orang tersebut buru-buru pergi dengan pucat. Bahkan anak saya yang perempuan perhatikan bolak-balik si oknum bilang aduh dan makin gugup,” ceritanya lagi.
Bahkan menurutnya kejadian ini bukan sekali. Setelah tahu toko Dedi ditipu, beberapa orang yang ditelusuri juga mengalami hal yang sama. Bahkan ada yang jutaan rupiah diberikan secara kontan. Modusnya pun sama, yakni dengan menawarkan kerjasama pemasangan spanduk sponsor dengan nominal bayaran yang menggiurkan ditambah etalase. Namun syaratnya melakukan pembelian obat. Namun beberapa minggu hari yang dijanjikan si oknum tak kunjung datang.(*)
Laporan Raeza Handani, Wartawan Jejamo.com