Jejamo.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat konsumsi rumah tangga nasional berada di level 4,95 persen di sepanjang 2017 yang berarti melambat jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang tumbuh 5,01 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, melambatnya konsumsi rumah tangga juga terjadi di kuartal IV-2017 yang berada di level 4,97 persen dibanding dengan kuartal IV-2016 yang sebesar 4,99 persen.
“Kalau dibanding triwulan III-2017 lebih tinggi, tapi dibanding triwulan IV-2016 4,99 persen memang sedikit terlambat di sana. Semuanya tumbuh tapi ada yang tumbuh tinggi dan ada yang tumbuh lambat,” kata Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Senin, 5/2/2018, seperti dilaporkan Detik.com.
Suhariyanto menyebutkan, untuk sektor makanan dan minuman selain restoran secara kumulatif sebesar 5,24 persen atau melambat dibanding 2016 yang sebesar 5,34 persen. Lalu komponen pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya secara kumulatif 3,10 persen atau melambat dibandingkan 2016 yang sebesar 3,29 persen.
Selanjutnya, komponen perumahan dan perlengkapan rumah tangga secara kumulatif tumbuh 4,26 persen atau melambat dibanding pertumbuhan tahun 2016 yang sebesar 4,60 persen. Pertumbuhan konsumsi di komponen transportasi dan komunikasi berada di level 5,30 persen, melambat dibandingkan 2016 yang sebesar 5,32 persen.
Lalu, restoran dan hotel tumbuh ke level 5,53 persen jika dibandingkan dengan 2016 yang sebesar 5,40 persen, dan juga sektor kesehatan dan pendidikan yang tumbuh ke level 5,59 persen jika dibandingkan pada 2016 sebesar 5,34 persen.
“Kita berharap konsumsi rumah tangga makin bagus, syaratnya daya beli harus terjaga dan supaya daya beli terjaga tingkat inflasi harus terkendali,” jelas dia.
Konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi yang paling tinggi dalam struktur pertumbuhan ekonomi, yakni sebesar 56,13 persen, disusul oleh PMTB atau investasi sebesar 32,16 persen, lalu ekspor sebesar 20,37 persen.
Perlambatan tingkat konsumsi rumah tangga pada 2017 juga sejalan dengan beberapa toko ritel yang menutup tokonya. Mulai dari seven-eleven, GAP, debenhams, dan yang baru-baru ini adalah clarks.
Ekonomi Indonesia saat ini berada di level 5,07 persen sepanjang 2017. Angka ini sebenarnya menunjukkan pertumbuhan ekonomi RI tengah berada dalam tren penguatan sejak 2014.
Pada 2014 tumbuh 5,01 persen, pada 2015 turun ke level 4,88 persen, dan pada 2016 tumbuh ke level 5,03 persen.(*)