Jejamo.com, Bandar Lampung – Fatimah, bayi berusia tiga hari, warga Dusun II, Desa Sidodadi, Kecamatan Bandar Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah, lahir dengan kondisi memperhatinkan.
Putri pasangan suami istri Rudi Hariyanto (32) dan Prasitia Ike Sugianto (24) lahir dengan kondisi tidak memiliki tempurung kepala, tidak memiliki hidung, mata yang belum bisa terbuka dan bagian bibir sumbing tidak berpungsi.
Saat ini Fatimah sedang menjalani perawatan intensif menggunakan inkubator di ruang anak Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Lampung.
Rudi Hariyanto, orangtua Fatimah mengatakan, putri pertamanya lahir melalui proses normal, namun ketika lahir kondisinya sudah seperti itu, dimana bagian kepala tidak ada tempurung dan kondisi bagian wajah tidak berpungsi.
“Waktu lahir kondisi sehat, tapi itu nggak punya tempurung kepala, bibir sumbing, hidung nggak berpungsi dan kedua mata belum terbuka. Dia anak pertama,” ujarnya kepada Jejamo.com, sambil menahan sedih saat ditemui di ruang Perinatologi RSUDAM, Rabu, 21/2/2018.
Sebelum dibawa ke RSUDAM, kata Rudi, putrinya tersebut sempat berada di rumah selama dua hari. Namun, karena nasehat dari pamong desa kemudian dirujuk ke RSUDAM.
“Waktu kami nggak punya biaya mau bawa ke rumah sakitnya jadi dirawat di rumah, terus pamong desa dan warga minta suruh dibawa ke rumah sakit. Terus saya bawa ke Puskesmas dulu minta surat rujukan ke rumah sakit,” paparnya.
Pihak keluarga belum paham penyakit apa yang dialaminya dan dari pihak rumah sakit sendiri belum bisa menjelaskan.”Dari pihak rumah sakit belum ada kejelasan jadi kita belum paham mau diapakan anak saya ini. Tapi yang jelas kita nunggu apa kata dokter aja,” ungkapnya.
Ada yang mengharukan saat putrinya dilahirkan, dimana waktu dilahirkan anak itu tidak mengeluarkan suara atau menangis. Tapi, setelah mendengar sang ayah mengumandangkan adzan anak itu menangis.
“Waktu lahir gak ada suara tangis tapi setelah pertengahan azan baru dia nangis. Selain itu, kalau ibunya meneteskan air mata anak saya ikut meneteskan air mata,” ujar Rudi yang kesehariannya bekerja sebagai buruh lepas.
Ia menambahkan, sebelumnya dilahirkan dia dan istri tidak punya pirasat apa-apa dengan kelahiran anaknya. Namun, dirinya menerima apa yang diberikan oleh Allah SWT.
“Meski kondisi anak saya seperti ini, saya harus terima karena ini pemberian dari Allah SWT jadi kami harus terima dan ini juga sebagian ujian buat kami. Kami berharap anak saya sehat selalu dan diberi umur panjang,” pungkasnya.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com