Berita Mancanegara, jejamo.com – Salvador Alvarengan punya kisah layaknya film Live of pi yang dikarang oleh Yann Patel. Pria ini mengaku telah terapung di laut selama 13 bulan, hidup dengan bangkai temannya dan minum dari urinenya sendiri.
Kisah nelayan berusia 36 tahun yang hilang di Samudera Pasifik masih terus jadi perbincangan dunia. Lelaki asal El-Salvador ini meninggalkan pantai Meksiko pada suatu hari di tahun 2012. Ia ditemani oleh temannya, Ezequiel Córdoba. Beberapa hari kemudian, kapal mereka dihantam badai besar.
Seperti dikisahkan di laman Tempo dari The Guardian, akibat badai itu kapalnya hancur dan semua peralatan yang penting seperti GPS lenyap. Muatan ikan hasil tangkapan dan bekal untuk bertahan hidup di laut juga sirna.
Tanpa umpan dan pancing, mereka akhirnya berburu ikan dengan tangan. Kedua pria itu menunggu ikan sampai mendekat di dinding perahu lalu menangkapnya. Mereka juga memakan burung yagn suka bertengger di perahu.
Karena kehabisan air segar, Alvarenga kemudian mulai minum air seninya sendiri. Ia juga mendorong Córdoba untuk mengikutinya. Alvarenga yang telah berpengalaman belayar, tahu betul bahayanya meminum air laut. Meskipun kerinduan memuncak untuk meminum air, ia menolak minum air asin. Mereka juga minum darah penyu untuk bertahan hidup.
Alvarenga amat sedih ketika Cordoba akhirnya meninggal dunia. Saban hari, ia berpura-pura berbicara dengan kawannya yang telah menjadi mayat. Hal ini dilakukan unutk menghindari tekanan batin karna harus hidup sendiri di tengah lautan.
Meski demikian, banyak pihak yang meragukan kisah Alvarenga. Mereka menilai tubuh Alvarenga yang terlihat gemuk, bukanlah seperti orang yang telah terdampat dilautan selama setahun. Namun banyak juga yang meyakini kisah itu, Mereka menilai arus laut dari Meksiko ke kepulauan Marshall, Australia senada dengan perjalanan Alvarenga.
Menu makanan, ikan, burung dan darah penyu memang merupakan habitat jalur laut sepanjang 9000 kilometer yang ditempuh Alvarenga. Hujan tropis juga banyak terjadi disepanjang jalur itu, sehingga kebutuhan air segar bisa saja terpenuhi.(*)
jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya