Berita Lifestyle, jejamo.com – Dua game bertema sepak bola dengan fans fanatik masing-masing, kembali diluncurkan dengan tanggal yang tak berbeda jauh. PES 2016 diluncurkan pada pertengahan September, sedangkan FIFA 16 pada awal bulan November.
Kedua game sudah satu dasawarsa ini menjadi pilihan gamer yang kecanduan gamplay sepak bola. Ditahun 2016 ini rivalitas keduanya kembali terjadi. Para peminat kedua game pasti bingung menentukan pilihanya.
Berikut kami tampilkan kelebihan dan kekurangan kedua game yang dilansir dari Tempo seperti ditulis di Koran Tempo:
Game Play –> PES
PES menyempurnakan sistem permainan mereka. Umpan terobosan lambung jitu ke penyerang tengah—senjata yang menjadi andalan penggemar sejak PES 2013—punah sudah. Bahkan penggemar lama PES membutuhkan waktu ekstra untuk menguasai operan. Tapi, jika sudah dapat selanya, umpan-umpan cepat dan akurat ala Real Madrid bisa kita dapatkan di tim sekelas Stoke City.
Sedangkan di FIFA 16, kita cenderung diajak bermain lebih lambat, seperti tim-tim di Serie A Italia. Seperti di seri-seri sebelumnya, ada titik-titik tertentu yang jadi “gol hafalan”, misalnya di suatu sudut di tiang jauh hasil tendangan penjuru.
Keaslian –> FIFA
Lisensi badan sepak bola dunia (FIFA) menjadi modal FIFA sejak pertama terbit 20 tahun silam. Semua pemain, klub, stadion, dan bahkan nyanyian pendukung sesuai dengan aslinya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah video game, EA Sport menambahkan pemain perempuan. Ada 12 tim nasional wanita yang bisa kita pilih, namun pantang diadu melawan pemain pria.
Sebaliknya, penggemar Chelsea di PES harus terus menekan perasaan tim mereka dilabeli London FC. Seragamnya pun kuning, jauh dari julukan mereka, The Blues. Begitu juga Arsenal dengan North London, dan sederet klub Liga Primer lainnya. Kebanyakan penggemar PES mengakalinya dengan men-download patch di forum-forum game di internet, meski itu melanggar hak cipta.
Grafis dan Komentator –> FIFA
Setiap penggemar PES pasti iri melihat tampilan FIFA 16. Dari tato anyar di lengan Leo Messi, tahi lalat David Silva, sampai raut wajah penonton di tribun, semua disajikan dengan detail. Duo komentator mereka, Martin Tyler dan Alan Smith, juga memiliki deretan kalimat yang jauh lebih variatif.
Dibanding mereka, penyiar di PES 2016 menjadi mirip kaset yang mengulang-ulang pembicaraan. Kita cuma butuh tiga kali bermain untuk bosan mendengar komentar Jim Beglin dan Peter Drury yang itu-itu saja.
Kompetisi Asli –> PES
Pembuat PES, Konami, menambal kekurangan lisensi FIFA mereka dengan menggandeng badan sepak bola Eropa (UEFA), penyelenggara Liga Champions dan Liga Europa. Hasilnya, kita bisa memainkan klub favorit di kompetisi tertinggi di Benua Biru layaknya menyaksikan siaran langsung di televisi. Lengkap dengan lagu kebesarannya.
Pilihan Selebrasi –> PES
Ada tugas lain setelah mencetak gol di kedua game ini, yaitu memilih selebrasi. Di fitur baru ini, PES 2016 lebih unggul dengan sederet variasi, dari “tangan membentuk hati” ala Gareth Bale sampai selfie-nya Francesco Totti–diambil dari saat punggawa Roma itu menjebol gawang Lazio, Januari lalu. Walhasil, menjebol gawang menjadi lebih menyenangkan.
Skor Akhir: PES 3-2 FIFA
PES 2016 menang tipis 3-2. Faktor utamanya adalah game besutan Konami ini menyuguhkan permainan sepak bola yang lebih menyenangkan lewat umpan-umpan yang mengalir, yang sejak 20 tahun lalu menjadi keunggulan mereka. Tidak percaya? Hitung saja berapa banyak penggemar FIFA yang menggunakan susunan tombol ala PES di joystick mereka.(*)
jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya