Jejamo.com, Bandar Lampung – Merespons besarnya dampak perang yang melanda Ghouta Timur, Suriah, ACT menyiapkan bantuan kemanusiaan bagi korban konflik di wilaya tersebut. Sebagai tahap awal, ACT telah memberangkatkan Tim SOS for Syria XIV pada Jumat dan Sabtu, 23-24 Februari lalu. Tim akan mendistribusikan bantuan pangan dan medis bagi para pengungsi Suriah yang mencoba menyelamatkan diri dari Ghouta Timur.
Eskalasi konflik di Ghouta Timur telah berlangsung selama lebih dari seminggu, terhitung sejak Minggu, 18/2/2018. Serangan udara yang terus menerus menggempur Ghouta Timur dinilai sebagai kondisi perang terburuk di Suriah, bahkan melebihi Aleppo pada 2016 lalu. Jet tempur secara intens membombardir rumah warga hingga fasilitas umum lainnya seperti masjid, rumah sakit, sekolah, dan bangunan lainnya.
Sebanyak 400 ribu penduduk Ghouta Timur terperangkap dalam zona merah konflik. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh mereka, yang sebagian besar merupakan para pengungsi internal (IDP). Bahkan, untuk sekadar melindungi diri dari hantaman roket perang pun mereka sulit.
Hingga Sabtu, 24/2/2018, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) merilis data angka kematian yang telah melebihi 500 jiwa. Lebih dari 120 di antaranya adalah anak-anak.
Ghouta Timur telah dikepung pihak oposisi sejak 2013. Pasang surut perang berlanjut, melibatkan oposisi, rezim, dan juga beberapa negara lainnya yang terkait. Pengepungan ini membuat bantuan kemanusiaan internasional sulit mengakses Ghouta Timur.
Ditambah dengan kondisi konflik yang makin intens seminggu belakangan ini, akses masuk pun semakin dibatasi. PBB telah menekan pihak-pihak terkait untuk segera melakukan gencatan senjata membuka akses terhadap bantuan kemanusiaan internasional, mengingat seriusnya dampak perang.
N Imam Akbari selaku Senior Vice President ACT menekankan bagaimana saat ini, faktanya, tragedi kemanusiaan tengah berlangsung di Ghouta Timur. Manusia-manusia paling rentan, khususnya anak-anak, setiap saat harus meregang nyawa
“Ini saatnya kita beraksi atas nama kemanusiaan. Tidak ada alasan bagi kita untuk membantu dalam konteks kemanusiaan, meskipun yang kita tolong berasal dari latar belakang yang berbeda. Kami lembaga kemanusiaan, tugas kami beraksi menolong korban konflik dan mengajak banyak orang untuk peduli bersama. Kami insya Allah berikhtiar semaksimal mungkin untuk mencapai Suriah, bekerja sama dengan mitra-mitra kami,” terang Imam dalam rilis yang diterima redaksi Jejamo.com, Selasa, 27/2/2018.
Selain mengirimkan Tim SOS for Syria XIV untuk memberikan bantuan pada fase tanggap darurat, ACT juga tengah mempersiapkan program bantuan jangka panjang. Program tersebut bernama Indonesia Humanitarian Center (IHC).
“Karena seperti yang kita tahu, perang saudara di Suriah sudah berjalan selama tujuh tahun dan kita tidak tahu kapan ini akan berakhir. Oleh karena itu, kami gulirkan program jangka panjang ini untuk bisa mensuplai kebutuhan logistik pengungsi Suriah yang serba terbatas,” imbuh Imam.
IHC rencananya akan fokus pada penyediaan bantuan dasar seperti pangan dan medis. Untuk tahap awal, bantuan logistik yang akan disediakan berjumlah 1000 ton pangan.(*)