Oleh Hj. Dewi Handajani Bambang, S.E., M.M.
Calon Bupati Tanggamus
Membangun suatu daerah tentu membutuhkan desain yang lengkap dengan kerja yang terukur dengan baik. Mengapa demikian? Sebab, semua jenis pekerjaan dalam membangun, baik dalam konteks fisik maupun pembangunan sumber daya manusia dikerjakan dengan anggaran yang dibiayai oleh rakyat. Maka itu, setiap bentuk pembangunan harus terukur dengan baik. Prinsip tranparansi menjadi keutamaan. Publik bisa mengetahui dengan baik proses pembangunan itu. Apalagi jika itu memang dampaknya dirasakan langsung oleh mereka.
Sebab itu, dalam membangun Tanggamus ke depan, penulis pun mempunyai gagasan. Gagasan ini diambil dari intisari kebutuhan masyarakat setempat. Sebabnya, setiap daerah mempunyai kekhasan yang barangkali tak sama dengan daerah lain. Penulis menyebutnya dengan ASIK yang merupakan kepanjangan dari agamis, sejahtera, inovatif, dan kondusif.
Dalam tulisan sederhana ini, saya akan memaparkan setiap poin itu. Ini juga membantu teman-teman jurnalis yang sering bertanya apa makna dari ASIK dan bagaimana penjabarannya.
Pertama, agamis
Mengapa perihal agama ini menjadi pilihan nomor satu. Indonesia ini adalah negara berketuhanan. Prinsip bahwa negara ini ada dengan takdir dari Allah dan ridho Allah atas perjuangan para pahlawan adalah kesadaran setiap kita. Para pendiri bangsa pun dengan kesadaran penuh menjadikan Ketuhanan yang Maha Esa menjadi sila pertama Pancasila.
Demikian pula halnya dalam membangun suatu daerah, Tanggamus ini misalnya. Sisi agama mesti menjadi pangkal tolak pembangunan. Bahwa pembangunan yang kita lakukan seharusnya menjadi sisi keimanan menjadi prinsip dasar. Bahwa ridho Allah terhadap pembangunan yang akan kita lakukan adalah hal penting. Dan bagi saya ini adalah prinsip yang tidak bisa ditawar lagi.
Oleh karena itu, agamis akan menjadi dasar pembangunan yang dilakukan. Membangun tanpa diniati keikhlasan kepada Allah sebagai sebuah bentuk pengabdian, adalah hal yang naif. Bagi saya, memimpin itu adalan menjalankan amanah. Merealisasikan gagasan yang diutarakan selama masa kampanye. Memimpin itu siap menjadi pelayan kepada masyarakat Tanggamus. Maka, kesadaran bahwa Allah SWT melihat semua yang kita lakukan adalah sebuah keniscayaan.
Kita akan merasa selalu diawasi dalam bekerja, dalam memimpin, dalam menggerakkan aparatur, dalam aktivitas keseharian. Ini setidaknya memberikan manfaat kepada diri sendiri agar bekerja dengan baik, ikhlas, tuntas, karena merasa ini diawasi oleh Allah SWT.
Khusus dalam konteks pembangunan, saya ingin masyarakat Tanggamus punya basis keagamaan yang kuat. Daerah ini didiami oleh warga dengan beragam agama dengan komposisi terbesar adalah umat Islam.
Pembangunan sumber daya manusia di Tanggamus akan mengedepankan akhlaqul karimah sehingga kepribadian agamis menjadi keseharian warga. Dan untuk itu, edukasi memegang peranan penting. Sehingga, pendidikan anak-anak kita menjadi unsur penting menjadikan masyarakat Tanggamus menjadi agamis.
Masjid, surau, musala, dan rumah-rumah ibadah akan semarak dengan kegiatan keagamaan dengan tujuan penting menjadikan setiap kita punya akhlak yang baik. Kita ingin masyarakat Tanggamus memiliki kesadaran religiositas yang tinggi, taat kepada Allah, menjalankan agama dengan baik, dan mampu berkontribusi dalam pembangunan daerah ini.
Kedua, sejahtera
Tujuan penting dalam pembangunan adalah menyejahterakan masyarakat. Inilah pekerjaan rumah yang mesti dilakukan pemimpin sampai masa akhir jabatannya selesai. Hemat penulis, tentu sulit untuk menjadikan semua warganya berada pada level kesejahteraan yang sama. Sebab, setiap orang punya ragam pekerjaan dengan penghasilan yang berbeda pula.
Namun, titik tekannya adalah pemerintah daerah bisa menjadi pemantik utama warganya memperoleh pekerjaan atau membuka lapangan pekerjaan. Ini akan menjadikan setiap orang punya pekerjaan masing-masing sesuai dengan kompetensinya.
Pemerintah daerah akan mendorong bagaimana kesejahteraan itu bisa dinikmati setiap warga. Musuh terbesarnya tentu kemiskinan. Dan ini kadang menjadi suatu parameter suatu pemerintahan dinilai gagal dalam menjalankan fungsinya.
Kita ingin segenap warga Tanggamus menikmati kebahagiaan bersama keluarga dengan penghasilan yang memadai. Kita ingin tidak ada lagi warga yang kesulitan dalam ekonomi dan terpuruk sedemikian dalam kemiskinan. Untuk itulah, item sejahtera ini terus terngiang-ngiang untuk direalisasikan. Sejahtera yang membahagiakan.
Dengan melihat sebaran dan komposisi pekerjaan warga, kami akan mengetahui apa yang akan diprogramkan sehingga prinsip sejahtera ini bisa dinikmati semua warga. Bahwa ada perbedaan tingkat penghasilan, tentu itu hal biasa. Yang tidak kita inginkan adalah adanya gap yang demikian jauh antara warga ekonomi mampu dan warga miskin.
Ketiga, inovatif
Perkembangan teknologi kini memudahkan semua orang. Dengan teknologi, setiap orang punya kans untuk berusaha. Jika dahulu kita hanya tahu ojek pangkalan dan taksi konvensional, kini marak taksi dan ojek online. Bahkan, di kota-kota besar, pekerjaan menjadi sopir taksi online banyak diminati. Demikian pula halnya dengan menjadi driver ojek online.
Kita juga mengetahui betapa banyak anak muda dengan kreatif dan inovatif menciptakan lapanganb pekerjaan sendiri dari usaha yang mereka rintis. Kita mengenalnya dengan start up.
Kita juga ingin, anakanak muda di Tanggamus, baik mereka yang menetap di sini maupun kota lain punya hal-hal inovatif yang notabene baru dan segar. Dalam konteks perkembangan teknologi, kita ingin agar ini tersosialisasikan dengan baik oleh anak-anak muda kita yang masuk dalam usia angkatan kerja.
Pemerintah daerah bisa mendorong ini sehingga kultur inovatif tercipta di masyarakat. Pemerintah dan masyarakat mesti bersinergi agar cita-cita mempunyai budaya inovatif ini terwujud.
Dalam konteks lain, dalam konsep pelayanan kepada masyarakat, pemerintah daerah juga mesti mengembangkan ini. Bisa dalam ruang lingkup penggunaan teknologi yang memudahkan maupun mengubah sedikit pola pikir sehingga bisa maju dan punya progres.
Layanan kepada masyarakat di setiap desa, kecamatan, sampai tingkat kabupaten, juga mesti ada sentuhan inovasinya. Mungkin itu kecil, tapi punya dampak yang signifikan. Sudah bukan masanya lagi kita melayani masyarakat dengan lamban. Sekarang semua menuntut adanya kecepatan, adanya transparansi, dan akuntabilitas yang tinggi. Maka itu, prinsip inovatif mesti terus dikembangkan.
Tanggamus punya potensi luar biasa dalam hal pertanian, budaya, dan wisata bahari, dan juga wisata edukasi alam. Kita memiliki Taman Nasional Bukit Barisan Selatan., Meski otoritas ini ada pada pihak Balai Besar TNBBS, pemerintah daerah bisa bersinergi asalkan mempunyai program yang jelas dan inovatif.
Inovasi sekarang adalah sebuah keniscayaan, sebuah keharusan. Kita mesti siap beradabtasi dengan itu. Karena perubahan itu adalah sebuah keniscayaan. Kita yang mesti siap beradaptasi dan menggunakannya dengan baik dan bijak.
Keempat, kondusif
Kita juga mesti memberikan jaminan keamanan sehingga kondusivitas dalam pembangunan itu tercapai. Situasi kondusif ini menjadi penting karena proses pembangunan pasti melibatkan banyak pihak. Apalagi kita mengetahui beberapa pembangunan besar Pemerintah Pusat di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo menjadikan Tanggamus menjadi pusatnya sesuai dengan  Nawacita.
Maka itu, kita sedapat mungkin mempersiapkan semua infrastruktur sehingga kondusivitas itu tercipta. Kondusif akan menciptakan suasana pembangunan yang damai. Orang tidak akan lagi waswas untuk bekerja, untuk berinvestasi, untuk berwisata di daerah ini.
Kondusif akan menciptakan kenyamanan tersendiri. Dan itu adalah situasi yang diinginkan setiap kita. Tanggamus mesti kondusif dalam keseharian. Riak dan gelombang dalam pembangunan tentu adalah hal yang lazim terjadi. Namun, itu semua dalam kerangka kondusif yang dijaga oleh setiap warganya.
Menjadikan Tanggamus yang kondusif butuh peran semua pihak. Sinergi semua pihak akan menjadikan daerah ini nyaman dan idaman setiap orang. Itulah sebabnya mengapa kondusif menjadi satu di antara empat hal yang menjadi prinsip dalam tagline ikhtiar kami: ASIK. Tanggamus itu ASIK. Wallahualam bisssawab.