Jejamo.com, Bandar Lampung – Eci sudah memulai aktivitas menjadi foto model di Bandar Lampung sejak tahun 2015. Seorang fotografer mengajaknya berfoto dan ia menyanggupi. Dari sana kemudian dara manis ini memulai kesukaannya difoto.
Sekian destinasi sudah ia jajal. Dari indoor sampai outdoor. Meski jika diminta memilih, alumnus sebuah SMK negeri di Bandar Lampung ini lebih suka difoto di aalam terbuka.
“Kalau di alam gitu kayaknya menyatu banget sama lingkungan. Aku juga enjoy,” ujarnya kepada jejamo.com, Minggu, 11/3/2018.
Difoto di alam terbuka itu membuat Eci rileks dalam bergaya. Berbeda dengan indoor yang menurutnya agak sedikit membatasi dalam berpose.
“Lebih enak outdoor kok,” kata dia.
Dari tahun 2015 sampai dengan sekarang, Eci sudah lumayan sering difoto dalam beragam gaya. Kebanyakan memang diberikan arahan oleh fotografer. Namun, beberapa kali juga fotografer membebaskan Eci dalam bergaya.
“Kebanyakan kalau blocking berdiri itu banyak diarahkan sama fotografer,” ujarnya.
Meski begitu, Eci mengakui, kadang ia masih suka tegang jika difoto. Kadang-kadang juga perasaan enggak percaya diri juga menyergapnya.
Kalau sudah begitu, ia meminta saran kepada fotografer. Itu dilakukan supaya nervous-nya lekas hilang.
Eci menambahkan, ia punya obsesi besar saat difoto. Anak kedua dari tiga bersaudara ini mau benar difoto dalam balutan busana adat Lampung. Meski ia tak berdarah Lampung, Eci terbayang difoto dalam balutan busana adat Lampung.
Kata Eci, model juga bisa berperan untuk mengakrabkan busana adat Lampung ke dunia luar. Selama ini, masih jarang model yang difoto dengan balutan busana adat Lampung. Padahal, lanjut Eci, dengan sering memasyarakatkan busana adat Lampung, orang akan lebih mengenal budaya Lampung.
“Kalau sekarang paling yang ikut pemilihan muli saja yang punya kesempatan difoto dan bergaya dengan busana adat Lampung. Para model juga pasti mau, apalagi Lampung kan tempat tinggal kita. Meski bukan etnik Lampung, aku kepengen bener difoto dalam balutan busana Lampung,” ujarnya.
Selain difoto, Eci juga sering diminta menjadi model make up. Untuk urusan yang satu ini, ia kerap dibayar.
”Lumayan buat uang jajan dan nabung sedikit. Sering banget sih kalau diminta jadi model make up gitu. Kemarin Salon Intan yang minta. Aku sih oke-oke aja. Biar nambah pengalaman juga,” ujarnya.
Cewek kelahiran Bandar Lampung, 22 November 1997 ini, menuturkan, menjadi model memang banyak tantangan. Apalagi kalau diminta fotografer bergaya seksi. Jika tawaran itu datang, Eci tak serta merta mengiyakan.
Jika konsepnya sesuai, ia mengiyakan. Namun, jika sudah superseksi, Eci menampik. Meski begitu, untuk foto-foto yang mendekati seksi, ia tak menampilkannya pada galeri Instagramnya: @desy_noviaandini.
“Aku lebih suka kasual sebetulnya. Kalau ada tawaran foto, pasti aku maunya kasual. Kalau ada tawaran seksi, lebih lihat pada konsepnya. Kalau menurutku masih oke, ya terima,” ujarnya.
Eci sebetulnya mempunyai basis model yang baik. Sewaktu masih bergabung di Feverfew, ia diajarkan banyak hal oleh owner-nya: Ida Royani atau biasa disapa Mami Ida.
“Waktu di Feverfew, banyak diajarin soal blocking. Gaya kalau foto itu kayak mana bagusnya, dan sebagainya,” ujarnya.
Soal berdandan, Eci mengaku lebih suka dandan sendiri ketimbang didandani orang lain. Kadang, kata dia, dandan sendiri hasilnya lebih membuatnya percaya diri ketimbang di-make up orang lain meskipun orang itu terbilang make up artist (MUA) terkenal.
“Kalau aku lebih pede dandan sendiri. Jadi bisa tahu dandanan kita menor apa enggak, pas apa enggak, berlebihan apa enggak. Kalau didandani MUA itu kadang kalau enggak pas, malah bikin wajah jadi aneh,” ujarnya.
Selain foto-foto, hari-hari Eci disibukkan dengan bekerja. Kini, ia tengah menunggu panggilan kerja sebagai staf di sebuah kantor taksi berbasis aplikasi di Bandar Lampung.
Sukses ya Eci buat dunia modelnya.(*)
Laporan Adian Saputra, Jurnalis Jejamo.com
