Berita Bandar Lampung, Jejamo.com – Pembaca yang budiman, sastrawan Lampung, Isbedy Stiawan ZS selama beberapa hari berada di Belanda bersama dua penyair lainnya: Juperta Panji Utama dan Arman AZ. Jejamo.com menurunkan tulisan esai Paus Sastra Lampung ini secara berseri. Selamat menikmati.
Pagi tanpa semburat kuning. Awan putih. Aku malas melangkah. Tapi, bagi orang yang tak berjalan, akankah tujuan bisa dicapai?
Aku galau pagi ini. Teleponmu sampai saat aku antara sadar dan mimpi. Istriku, hidup harus berjalan, meski sesekali harus mundur. Kalau tidak, itu bukan kehidupan.
Aku belajar jalan di sini. Kadang aku cepat menyeret kakiku, kesempatan lain lambat. Menghitung gerak, menerka arah. Semua untuk menghindari agar tak tersesat di bekantara ini.
Masih terbayang peristiwa semalam. Anak-anak muda mabuk. Berceloteh entah apa yang dicakapkan. Teriak-teriak tak rahu apa diteriaki. Di mana-mana, pemabuk selalu layaknya pesakitan alias gila.
Aku tak ingin menjadi gila. Maka aku harus merawat akal sehatku, menghidupi terus imajinasiku, menyuburkan hati agar selalu tumbuh menjadi pohon yang melindungi.
Amsterdam, istriku, aku masih di sini untuk sehari ini. Memasuki museum-museum lagi. Ya di sini banyak sekali gedung museum.
Bangsa ini sangat menghargai museum. Merawat masa lalu dengan baik. Mengabadikan sejarah agar selalu diingat, boleh jadi dipelajari. Bayangkan, untuk seks pun dibuatkan museum. Anak-anak muda menyaksikan reproduksi. Memandangi foto dan patung manusia dan libidonya.
Mengernyitkan dahi saat dua patung yang memerankan fotografer dan model wanita telanjang. Sungguh, bagi bangsa yang menjunjung norma ketimuran, museum seperti ini dilarang dibangun.
Persoalannya, banyak museum di tanah air kita yang mati suri. Ruangan selalu sunyi. Pintu-pintu masuk hanya dibuka setahun sekali jika ada anak-anak sekolah rendahan bertamu. Benda-benda purbakala sedikit sekali, seakan Indonesia kehilangan masa silam. Padahal, kita kaya. Sejarah berlimpah. Namun karena kita tak pandai merawat, diambil dan diangkut lalu dimuseumkan di negara lain.
Kita hanya bangga pada cerita-cerita kehebatan nenek moyang, tanpa pernah memiliki sejarah itu. Tanpa pernah merawat masa lalu itu. Lalu anak-anak yang lahir kini hanya dijejali dongeng-dongeng, tanpa sekali pun melihat peninggalan itu.
Akhirnya, seperti pemimpi, yang kita pumyai hanya narasi. Para orang tua pandai berkisah, tapi tak pernah bisa menunjuki benda-benda yang didongengkan. Entah itu soal kerajaan, sang raja, maupun istana. Sebab, artefak dan surat-surat sudah tiada.
Kenapa kita enggan merawat masa silam? Ini pertanyaan yang rasanya tak bisa kujawab baik dan benar.
Padahal, banyak orang pintar berujar, masa lalu dan masa kini membentuk bagi masa depan. Aku tak begitu bisa memahami.
Di tanah air, isteriku, sudah terlalu banyak–barangkali tak terhitung–bangunan tua yang bernama heritage sudah dihancurkan. Penguasa malas mempertahankannya, dengan alasan mahal menjaganya. Kita memang bangsa yang enggan merawat masa silam. Hanya berpikir untuk hari ini. Bagaimana hari ini bisa makan, kalau mungkin kenyang.
Apakah begitu? Semoga saja yang kukatakan ini padamu tidak benar. Maafkan aku salah menyimpulkan.
Dan, istriku, lagi-lagi aku berpesan, jangan abaikan puisi. Betapa pun tak menggunakan jargon “puisi penting dan perlu dinikmati” tak lantas dicampakkan.
Hidup hanya menunda kekalahan, kata Chairi Anwar, namun jangan pula kekalahan itu berupa kesia-siaan.
Aku masih duduk di tepi jalan, sebuah kota yang dulunya tak pernah singgah dalam mimpiku. Tapi sekali saja kubayangkan, setelah mendengar sang guru bercerita ihwal sejarah kolonial saat menguasai tanah air kita.
Bahkan, sejarah tentang kolonisasi pertama di tanah air, yang kemudian melahirkan Dusun Bagelen. Sayangnya Museum Transmigrasi di Kabupaten Pesawaran layaknya tidak berpenghuni.
Lagi-lagi bangsa kita malas merawat sejarah, kerap melupakan masa silam. Museum-museum pun ingin dimuseumkan.
Semoga cinta tak dilupakan oleh bangsa. Kuharap kesenian pun tak pula disisihkan dan dilupakan, sebagaimana sejarah dan masa lalu.(*)
Jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya