Senin, Desember 16, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Status Facebook Penulis Asal Lampung Mukim di Paris Rosita Sihombing

Penulis asal Lampung Rosita Sihombing yang bermukim di Paris meletakkan bunga sebagai tanda berbelasungkawa atas teror bom di Paris. | Facebook
Penulis asal Lampung Rosita Sihombing yang bermukim di Paris meletakkan bunga sebagai tanda berbelasungkawa atas teror bom di Paris. | Facebook

Berita Bandar Lampung, Jejamo.com –  Hari ini pertama kali kami keluar pasca-Paris kelabu, Jumat malam, 13 November 2015, yang menewaskan 150 -an warga Paris. Kami harus keluar karena ada hal penting yang kami lakukan. Meskipun saya sakit di perut (penyakit lama muncul), saya harus keluar.

Seperti yang saya duga, jalanan sepi. Kafe banyak yang tutup. Pengunjung pusat perbelanjaan juga lengang. Bahkan les musik dan karate llhan, anak saya, plus lomba karate Minggu, ditiadakan. Tidak pernah saya jumpai hari Sabtu sepi seperti tadi. Apalagi Sabtu malam biasanya Paris ramai dan hidup.

Meskipun deg-degan, kami jalan terus. Ada teman lama Patrick, suami saya, seorang warga negara Perancis, yang kena tembak aksi semalam. Saya pribadi mengenalnya 13 tahun yang lalu. Teman main saat saya awal-awal di Paris.

Dia ditembak bersama temannya saat makan malam di Le Petit Cambodge, tak jau dari Place de la Republique. Kami tiba di rumah sakit pukul 19.00, menanti dengan sabar selama dua jam operasi pengeluaran peluru yang bersarang di tubuhnya. Kami diperbolehkan menjenguknya pukul 21.15.

Alhamdulillah keadaannya baik meskipun lemas. Kami sempat berbincang selama 30 menit. Ia pun menceritakan tentang pengalaman yang menegangkan malam itu. Dia mengatakan, kalau pengunjung rumah makan tersebut (termasuk dirinya dan beberapa temannya) begitu mendengar tembakan langsung tiarap. Tapi tetap saja peluru menembus bagian paha kanannya. Temannya lebih parah, karena peluru masuk ke bagian dengkulnya.

Kami tidak ingin lebih lama di sana karena ingin membiarkannya beristirahat. Pukul 22.00 kami pulang  dan melewati salah satu lokasi aksi penembakan di Place de la Republique, ikut menyalakan lilin-lilin di sana.

Meskipun hati ini sempat cemas, orang-orang di sana cukup hangat. Saat melihat aksi saya dan Ilhan menghidupkan lilin-lilin, saya dikejutkan oleh beberapa orang yang menepuk-nepuk pundak saya sambil mengatakan, courage (semangat!)

Mengapa saya terkejut? Jujur awalnya saya enggan dan takut untuk ikut menyalakan lilin. Apalagi saya hijaber satu-satunya malam itu. Makanya tak menyangka ada sambutan hangat dari mereka.

Semoga teman kami dan ratusan lain yang luka segera pulih. Dan keluarga korban yang wafat sabar menghadapi cobaan ini.

Dan, semoga dengan hadirnya seorang hijaber di rumah sakit dan di Place de la Republique menjadi penilaian sebagian kecil saja (enggak muluk-muluk skala besar) dari mereka, bahwa muslim mengutuk aksi teror dan tindakan keji di manapun adanya. Karena Islam itu sungguh tidak begitu, karena manusia itu lebih tinggi derajatnya, tidak pantas melakukan aksi keji demikian.(*)

Jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya

Populer Minggu Ini