Berita Bandar Lampung, Jejamo.com – Siang yang terik. Matahari sedang berada tepat di atas kepala. Jarum jam menunjukkan angka 12. Keringat yang menetes tak menghalangi terkembangnya sebuah senyum di wajah. Raut wajahnya sedikit lelah, namun ia tetap semangat bercerita tentang pencapaian kariernya.
Lelaki berusia 20 tahun ini tercatat sebagai mahasiswa jurusan Teknik Informatika di salah satu universitas swasta di Bandar Lampung. Tak ada yang berbeda dari apa yang dikerjakan seorang laki-laki di usianya, begitu pun Muhammad Wildhan Ghania.
Saat ini ia sedang sibuk kuliah, belajar, dan menuntut ilmu untuk bekal masa depannya. Dia juga memiliki pekerjaan yang cukup menarik. Dia gemar bermain dengan komputernya dan mulai menggambar di sana. “Belum bisa disebut pekerjaan. Cuma hobi yang kadang-kadang menghasilkan uang,” kata dia sambil tersenyum kepada jejamo.com beberapa waktu lalu.
Ini disebut dengan graphic design atau desain grafis. Awalnya ia tertarik karena melihat gambar seorang desainer grafis di internet. “Karena ngeliat desainer-desainer grafis di internet yang bisa buat gambar-gambar keren, jadi pengen bisa juga bikin gambar-gambar seperti itu,” ujar pria yang akrab dipanggil Wildhan ini.
“Jadi motivasinya datang dari situ,” kata dia. Dulu, saat ia di bangku sekolah tepatnya kelas III SMP, ia memang senang mengedit foto dan memberi efek-efek di Photoshop. Kemudian saat SMA, ia lebih memilih masuk sekolah menengah kejuruan dan mengambil jurusan Teknik Komputer Jaringan yang sesuai dengan hobinya ini.
Ia kemudian mulai membuat manipulasi gambar dengan aplikasi di komputer. “Sekitar semester II sampai III, saya mulai ilustrasi gambar, terus sampai sekarang sedang belajar edit-edit video,” kata dia.
Tak ada batasan waktu bagi Wildhan dalam membuat desainnya. Jika ada waktu luang, ia akan mulai mengambil secarik kertas dan pena. Menggambar di sana, kemudian duduk di kursi nyaman berukuran kecil seperti kursi kebanyakan. Menghadap lurus ke depan, menatap layar monitor dan mulai menuangkan imajinasi.
“Butuh tempat yang nyaman kalau lagi desain. Soalnya butuh konsentrasi yang besar buat dapat imajinasi yang bagus,” katanya.
Tak dapat dipungkiri, terkadang ia mengalami sedikit gangguan ketika sedang mendesain. “Kalau sedang bagus sih mengalir saja, susahnya kalau pas sedang artblock., keadaan di mana ada yang menghalangi dalam pembuatan karya seni dan penyebabnya pun tidak jelas.
Kata dia, kalaupun diteruskan, hasilnya tidak akan bagus menurut si pembuat, walaupun kata orang lain bagus.
Selama kurang lebih 2 sampai 3 jam Wildhan baru bisa menyelesaikan sebuah karyanya. Ia tetap tidak lupa statusnya sebagai mahasiswa. “Sebisa mungkin enggak mengganggu jadwal kuliah. Kedua-duanya bisa jalan, otak kanan dan kiri sinkron,” katanya sambil tertawa.
Melihat desainer grafis yang menjual karya mereka di internet, Wildhan ingin mencoba hal yang sama. Karena pikiran itu muncul, ia mulai membuat blog desainnya sendiri yang ia beri nama Diamond Design. Di dalamnya terdapat karya-karya yang coba ia tawarkan.
Ia membanderol karyanya antara Rp50 ribu sampai Rp200 ribu. Tuhan memberi rezeki kepadanya. Ada yang membeli karyanya itu. “Alhamdulillah, sampai sekarang lumayan banyak yang order ada dari teman dan juga dari toko-toko atau brand mereka,” katanya penuh syukur.
Karya Wildhan kemudian dilirik orang luar negeri. Ada seseorang dari Guatemala yang sudah membeli desain grafis karya Wildhan. Ia mulai mencoba menaruh karyanya di Artshop, online shop yang menjual karya-karya digital art atau bisa disebut juga galeri pameran yang dipamerkan melalui internet.
Dengan diberi banderol 20 sampai 25 dolar AS atau setara dengan Rp200 ribu sampai Rp400 ribu rupiah. Sungguh pencapaian yang lumayan untuknya.
Orang terdekatnya mendukung apa yang dilakukan Wildhan. Namun, sang ayah kurang setuju. Menurut ayahnya, mendesain banyak membuang waktu dan hasilnya belum terlihat. Ayahnya menyuruh ia untuk fokus kuliah saja terlebih dahulu.
Walupun begitu, ia tetap terus mendesain. Baginya, ia tetap ingin mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang desainer berbakat. “Namanya juga hobi, susah dihalangi,” katanya.
“Waduh, kalau dibilang besar belum. Klien saja masih sedikit. Rahasianya enggak ada kecuali yakin sama diri sendiri dan percaya sama hasilnya,” ujarnya.
“Saat masih dalam usia anak dan remaja, seringkali kita mempunyai hobi atau hal yang kita sukai namun dianggap remeh oleh orang lain. Jangan pernah takut. Kalau punya mimpi itu jangan menyerah untuk menyatakannya. Tetap terus kejar cita-cita kita sampai akhir, sampai kita mampu mewujudkannya.”(*)
Laporan Yosieana Duli Deslima, kontributor jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya