Jejamo.com, Bandar Lampung – Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah hari ini berorasi pada deklarasi Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi) Lampung di Hotel Horison, Sabtu, 12/1/201?.
Fahri Hamzah mengatakan, 2019 ini menjadi awal perubahan. Kata dia, jika kita gagal dalam segala hal, kita akan hancur.
Misalnya, kata dia, dalam ranah pendidikan. Untungnya, ujar dia, di Indonesia lahir banyak lembaga pendidikan besar yang berkontribusi untuk bangsa.
“Tanpa kecerdasan kita akan terus dibodohi. Kita harus jadi bangsa yang besar. Kita harus bersatu dalam naungan tanah air Indonesia,” tegas Fahri.
Fahri Hamzah mengatakan, 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka, tapi setelah itu Indonesia menemui banyak ada ujian.
“Ujian ideologi misalnya. Saya ingin mengkritik pada komunisme. Bukan komunismenya semata, melainkan ada yang tidak mau terima sampai sekarang fakta bahwa sila pertama yang kita pakai adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,” ujarnya.
Fahri menegaskan pula agar kita berhati-hati bahwa kekuasaan otoriter bisa menjadi berbahaya bagi kekuatan bangsa.
Fahri bilang, persis 20 tahun lalu sebelum Garbi ada, semua setara untuk mempertanyakan kembali kesiapan pemimpin untuk menjalankan amanah kepada negara Indonesia.
“Apakah kamu punya konsep, apa idemu untuk memimpin Republik Indonesia. Apa kamu berani dan bersungguh-sungguh untuk memimpin,” kata dia.
Ide-ide dalam pergumulan adalah ide ide kemajuan Indonesia, tidak hanya ekonomi tapi peradaban dan teknologi.
“Garbi baru dimulai dan jumlahnya sudah banyak dalam tempo 1 tahun. Artinya, kegelisahan itu nyata, yang penting kita mencintai idenya dulu,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, Indonesia memerlukan perubahan mendasar, pertama konstitusi yg modern, baik, dan sesuai.
Kedua organisasi yang profesional sehingga Ibu Kota Jakarta seharusnya bisa kompepetitif layaknya Washington DC, Tokyo, dan negara besar lainnya.
Ketiga adalah adanya kepemimpinan yang visioner yang benar-benar bisa membawa Indonesia menjadi negara yang kuat. [Jenny Wulan Suryani]