Rabu, November 6, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Putin Tuduh 40 Negara Telah Membiayai ISIS Melalui Perdagangan Minyak Ilegal

Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin | Getimage

Berita Mancanegara, jejamo.com – Data intelijen Rusia menyebutkan ada 40 lebih negara yang menjadi sumber dana ISIS, termasuk negara-negara yang tergabung dalam G-20 melalui perdagangan minyak ilegal. Hal ini diungkapkan langsung Presiden Rusia Vladimir Putin seraya mendesak pembekuan perdagangan minyal Ilegal oleh ISIS.

 

“Berdasarkan data kami tentang pembiayaan ISIS, uang tersebut, sebagaimana hasil pengamatan kami, berasal dari 40 negara dan ada beberapa anggota G-20 di antara mereka,” ujar Putin seperti dikutip Tempo dari laman RT.com, Senin, 16/11/2015.

 

Menurut Putin, pembekuan perdagangan minyak ilegal oleh ISIS saat ini sangat mendesak.Pada kesempatan itu, Ia juga menunjukkan foto yang diambil dari angkasa dan dari pesawat, yang jelas menunjukkan ISIS menjalankan perdagangan ilegal produk minyak jadi dan minyak bumi dalam skala besar.

 

“Iring-iringan kendaraan pengisian bahan bakar membentang puluhan kilometer, sehingga dari ketinggian 4.000-5.000 meter mereka tampak sangat luas di cakrawala,” kata Putin.

 

Meski demikian, Putin mengatakan bahwa saaini ini bukanlah saat yang tepat untuk mencari tahu negara mana yang lebih dan kurang efektif dalam memerangi ISIS. Penyatuan internasional menghadapi kelompok teroris menurut Putin lebih penting untuk dikedepankan.

 

“Beberapa kelompok oposisi bersenjata menganggap mungkin untuk memulai operasi aktif terhadap ISIS dengan dukungan Rusia. Dan kami siap memberikan dukungan dari udara. Jika itu terjadi, bisa menjadi dasar yang baik untuk pekerjaan berikutnya pada penyelesaian konflik politik dengan pemerintah Rusia,” paparnya.

 

Namun Putin menyesalkan sikap Amerika yang menurutnya telah menolak kerjasama yang ditawarkan Rusia.

 

“Kami perlu mengatur pekerjaan, khusus berkonsentrasi pada pencegahan serangan teroris, dan menanggulangi terorisme dalam skala global. Kami menawarkan kerja sama (dengan AS). Sayangnya, mitra Amerika kami menolak. Mereka hanya mengirim catatan tertulis dan mengatakan: ‘Kami menolak tawaran Anda’,” terangnya.(*)

 

jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya

Populer Minggu Ini