Jejamo.com, Bandar Lampung – Takdir adalah misteri Ilahi. Kita hanya bisa menerka tanpa bisa memastikan.
Walaupun tidak tau seperti apa bentuk takdir Tuhan, kita diberi karunia untuk memimpikan apa yang kita inginkan.
Paulo Coelho, penulis novel international best seller dalam novelnya yang berjudul The Alchemist pernah mengatakan, never stop dreaming alias jangan pernah berhenti bermimpi.
Quote tersebut banyak dianut oleh tokoh dunia dan menjadi landasan untuk menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya, seperti juga mengilhami seorang marbot masjid di kawasan Gedong Meneng, Rajabasa.
Ia adalah KH Khairuddin Tahmid MH, Ketua Majelis Ulama Provinsi Lampung yang kini menjabat sebagai Dekan Fakultas Syariah, UIN Raden Intan Lampung.
Di balik nama besarnya saat ini, beliau pernah mengalami jatuh bangun yang luar luar biasa berat saat memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di jurusan Peradilan Agama, IAIN Raden Intan Lampung.
Kala itu, bekal dari orang tuanya tidak mencukupi untuk hidup selayaknya teman-teman sesama mahasiswanya karena ia tidak mampu untuk membayar biaya kosan dan sebagainya.
Untuk menyiasati pengeluaran, Khairuddin Tahmid pun memutuskan untuk menjadi marbot masjid saja.
Beruntungnya saat itu, ia dipertemukan dengan Haji Abu Bakar (alm), Ketua Takmir Masjid Riyadhul Jannah, Gedongmneng-Rajabasa, yang memberinya kesempatan untuk menjadi marbot masjid yang ditempatnya.
“Saat itu, saya jadi marbot itu bukan karena keinginan saya. Tapi memang karena nggak punya, nggak ada biaya untuk membayar biaya sewa kos-kosan,” tutur putra pasangan Muhammad Tahmid dan Rihanah tersebut.
Walaupun sudah aman dari segi tempat tinggal, pria kelahiran Sidodadi, Belitang, OKU Timur, Sumetera Selatan, 22 Desember 1962, itu harus mencari penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kuliahnya.
Akhirnya atas kepercayaan tetangga di lingkungan masjid, penulis buku ‘Pokok Pokok Hukum Acara Mahkamah Kontstitusi’ tersebut mulai memberikan les privat mengaji ke rumah-rumah.
Aktivitas sebagai marbot masjid dan juga pengajar TPA pada akhirnya dilakukan tidak hanya selama awal kuliah, tapi sampai mendapat gelar sarjana. [Abdul Qodir/Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung]