Jejamo.com, Bandar Lampung – Sanitasi laik di sekolah mampu membentuk anak didik menjadi agent of change, khususnya dalam hal kesehatan. Perubahan itu menjadi target nasional dalam Sustainable Development Goals (SDG) pada tahun 2030 mendatang.
“Mau tidak mau, suka tidak suka, semua pihak harus memenuhi hal ini. Ada tiga hal yang harus terpenuhi pada tahun 2030 nanti, yakni akses air yang laik, sanitasi yang berfungsi dengan baik, dan akses higienis,” jelas Wash Specialist UNICEF Indonesia, Reza Hendrawan saat menyampaikan materi pada Learning Event Sanitasi Sekolah Tingkat Provinsi Lampung di Hotel Marcopolo, Kamis (22/8/2019).
Reza juga menjelaskan, setidaknya ada beberapa dampak yang signifikan jika sanitasi laik tersebut terpenuhi, yakni kesehatan anak-anak terjaga. Menurut Reza, jika sanitasi sudah laik, bisa menghindari potensi terkena diare hingga 30 persen.
“Anak-anak kan main, kotor-kotoran, lalu cuci tangan. Apa yang terjadi jika akses air bersih tidak ada atau tidak laik? Jika anak sehat, anak tetap sekolah dan mampu menyerap pembelajaran dengan baik,” kata Reza dalam acara yang juga dimoderatori oleh Pemimpin Redaksi Jejamo.com, Adian Saputra tersebut.
Kemudian, tambahnya, akan terjaga kesetaraan gender di sekolah, khususnya bagi murid perempuan dan menstruasi. Jika sanitasi sudah laik, maka murid perempuan terlayani dengan baik, pada saat menstruasi contohnya.
“Bagaimana mau ganti pembalut jika toilet tidak terpisah antara murid laki-laki dengan perempuan? Bagaimana bisa nyaman. Kedepannya bahkan ada pertanyaan, apakah sekolah menyediakan pembalut cadangan?” kata Reza. [Andi Apriyadi]