Jejamo.com, Bandar Lampung – Universitas Lampung (Unila) menyelenggarakan Seminar Nasional dan Temu Bisnis bertemakan “Perlindungan tanaman di era Revolusi Industri 4.0 dalam menunjang pertanian berkelanjutan, di Aula I Gedung Rektorat, Selasa (3/9/2019).
Mengawali sambutanya, Rektor Unila, Hasriadi Mat Akin memaparkan, proses revolusi industri yang sekala besar awalnya diawali dengan mesin bertenaga uap menggantikan tenaga manusia.
Selanjutnya Industri 2.0 telah menggunakan mesin yang dikawal oleh manusia. Masuk industri 3.0 mesin digerakan otomatis jarak jauh, misalnya robot. Masuk revolusi industri 4.0, dipakai mesin dikendalikan secara otomatis sebagai wujud efesiensi dan efektifnya suatu proses industri.
Di zaman ini, banyak industri kecil justru mengalahkan industri besar. Hal ini berbeda pada saat Industri 1.0 – 3.0, dimana industri besar mengalahkan industri kecil. Supermarket besar yang ada di Jakarta kalah dengan belanja online (daring).
Sekarang, kata Hasriadi, negara memiliki sumber daya alam besar belum tentu menang, tapi negara yang mengusai perdagangan yang akan menjadi pemenang.
Hasriadi mengatakan, sistem digital sangat penting untuk mengefisienkan dan mengefektifkan usaha di bidang pertanian. Ia melanjutkan, dengan menggunakan digital mempermudah petani dari proses hingga pemasaran hasil pertaniannya.
“Kita bisa digitalisasi irigasi, kita dapat mengamati dan mengawasi perkembangan penyakitnya, bagaimana mengatur irigasinya, pencahayaannya, bisa semua . Tenaga-tenaga manusia bisa digantikan oleh teknologi kita,” ucapnya.
Selanjutnya untuk pemasaran dilakukan dengan satu sistem supaya dalam pemasaran produksi pertanian, antara petani dengan konsuman lebih dekat.
“Contohnya sekarang di Bekri, ada percobaan IPB (Institut Pertanian Bogor) ‘precision agriculture’ untuk melihat kebutuhan Pupuk kelapa sawit, jadi diketahui dosis yang diberikan secara sistem,” kata Hasriadi.
Menurutnya, jika pertanian dilakukan dengan sistem, petani lebih banyak diuntungkan. Kemudian Petani dapat mengakses informasi harga hasil produksi pertanian dipasaran sehingga tidak direpotkan lagi dengan harga yang diberikan oleh tengkulak.
Unila kini telah membuat inovasi dengan membuat teknologi yang merambah ke sistem digital, dengan menggandeng orang-orang dibidang IT. Pihaknya ingin berusaha agar pertanian tidak hanya urusan petani kecil saja, tetapi pertanian dengan satu sistem yang besar.
Dalam kesempatan tersebut, Dekan Fakultas Pertanian Unila Irwan Sukri Banuwa menyampaikan, Seminar Nasional dan Temu Bisnis diikuti sebanyak 130 peserta dengan sembilan orang pemateri.
Menurut Irwan, seminar nasional ini sangat luar biasa sehingga mampu membuat terpadunya sisi akademik dan ilmiah dengan pengusaha untuk menggagas inovasi yang dapat komersialisasikan. Fakultas Pertanian Lampung sendiri sudah memperoleh 26 paten dalam waktu tujuh bulan 12 hari dan telah mendapat Rekor MURI.
Pihaknya berharap ke mitra-mitra strategis Unila, perolehan hak paten tersebut dapat ditindak lanjuti sehingga dapat memberikan manfaat kepada intansi-instansi yang berkenan mengkomersilkan, dan juga bagi unila agar dapat meningkatkan kesejahteraan petani di Provinsi Lampung. []