Kamis, Desember 19, 2024

Top Hari Ini

Terkini

ACT Bagi Daging Kurban di Kenya

Pembagian daging kurban ACT di Kenya. | Dok. ACT

Jejamo.com, Jakarta – Kemarau menjadi krisis yang berkepanjangan di Kitui, wilayah yang terletak 180 kilometer di timur Nairobi, ibu kota Kenya. Kemarau berkepanjangan kala itu membuat sejumlah lahan pertanian gagal panen. Keadaan tersebut juga menyebabkan bahan makanan di Kitui terbatas.

Harga daging pun terlampaui tinggi bagi penduduk Kitui yang sebagian besar bekerja sebagai petani. Husein Adin Somo, mitra Global Qurban di Kitui melaporkan pada Iduladha 2018, kemarau membuat lahan pertanian mereka gagal panen.

“Sebagian besar keluarga di sini memiliki sejumlah lahan pertanian dan ternak, seperti ayam. Ketika kemarau, mereka harus kehilangan ternak yang mati karena tidak ada makanan dan sawah yang gagal panen,” jelas Husein.

Lebaran Kurban tahun lalu, Global Qurban menjangkau 1.800 jiwa di Kitui. Kehadiran Global Qurban menjadi oase di tengah krisis pangan di Kitui. Namun, masyarakat Kitui berharap, bantuan yang hadir dapat berkelanjutan.

“Kami berharap dengan kerendahan hati untuk mengingat kami lagi dengan program yang berkelanjutan, seperti beternak, dan program ekonomi berkelanjutan lainnya,” ungkap Maimuna Husein (59).

Lebaran Kurban juga menjadi momen berharga bagi Mohammed Abdallah Mwekka (70). Ia dan keluarganya amat bahagia merayakan kurban dan turut merasakan daging kurban.

“Kami mengucap syukur kepada Allah. Terima kasih yang tidak terhingga untuk saudara di Indonesia karena telah mengingat dan mengantarkan kebahagiaan kepada kami selama Lebaran Kurban ini,” aku Mwekka. Mwekka merupakan warga desa Swahili, ia kini tidak lagi mempunyai pekerjaan dan hidup bersama delapan anggota keluarga lainnya.

Tahun ini, krisis pangan juga masih melanda Kenya. Di lain Kabupaten, pada Juni 2019, pemerintah Kabupaten Turkana bahkan harus menyubsidi bahan pangan dari Nairobi. Kenya menjadi salah satu negara di semenanjung Afrika, yang disebut OCHA mengalami kerawanan pangan karena kemarau.

Sejak Maret hingga pertengahan Mei, curah hujan di semenanjung Afrika kurang dari 50 persen dari rata-rata hujan di Afrika biasanya. Belum lagi, negara yang mengalami kekeringan juga merupakan wilayah konflik.[]

Populer Minggu Ini