Jejamo.com, Lampung Selatan– Aparatur Desa Jatimulyo menggelar silaturahmi dalam rangka menjalin persatuan dan kesatuan antar pondok pesantren sekaligus pemahaman bahaya paham radikalisme.
Acara yang berlangsung di Balai Desa Jatimulyo, Kecamatan Jatiagung, Kabupaten Lampung Selatan, Rabu, (11/12/2019) dihadiri Kasubag Hukum dan Kerukunan Umat Agama Kanwil Kementerian Agama Lampung Musal Badri Kesuma, Ketua NU Jatiagung KH. Abdul Aziz, Kapolsek Jatiagung Iptu Anwar Mayer Siregar dan Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam) Mabes Polri.
Selain itu juga melibatkan lima pondok pesantren di Desa Jatimulyo yakni Ponpes Al Huda, Al Fatihul, Mamba’ul haq, Al Fatih dan Bahrul Ulum serta tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Kasubbag Hukum dan Kerukunan Umat Agama Kanwil Kementerian Agama Lampung Musal Badri Kesuma mengatakan, kegiatan silaturahmi digelar untuk menambah wawasan kepada masyarakat agar lebih cinta tanah air. Demikian rilis yang diterima jejamo.com. []
“Sebelumnya beberapa waktu lalu kami didatangi anggota dari Mabes Polri. Mereka menanyakan kondisi umat beragama di Lampung. Maka itu acara ini dilaksanakan sebagai jawabannya,” jelasnya.
Musal menuturkan, pihaknya selalu melaksanakan program pengawasan terhadap organisasi masyarakat khususnya di lingkungan pondok pesantren agar tidak terpapar paham radikalisme.
“Apabila ada lembaga Ponpes yang terpapar radikalisme akan dilakukan pendekatan dan pembinaan secara rutin,” kata dia.
Saat disinggung apakah data Ponpes yang sudah terpapar radikalisme, Musal mengaku secara administatasi sampai hari ini belum ada laporan tertulis.”Baru info-info saja terkait Ponpes atau lembaga yang terpapar radikalisme,” ujarnya.
Kepala Satuan Intel Polres LampungSelatan Iptu Andi Yunara mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan untuk menggali persatuan dan kesatuan khususnya di Desa Jatimulyo dalam menangkal paham radikalisme.
“Silaturahmi ini juga untuk menjalin persaudaraan dalam perbedaan, kita semua berbeda tapi bagaimana di tengah-tengah ketidaksamaan ini bisa bersama-sama dalam kerukunan,” urainya.
Ia menyampaikan, ada beberapa ancaman yang bisa merusak keutuhan NKRI di antaranya paham radikalisme dan narkoba. Dirinya juga meminta kepada pimpinan ponpes agar mengajarkan anak-anak didiknya cinta dengan NKRI.
“Paham-paham radikalisme itu bisa dilihat melalui buku atau download online dan jangan sampai salah guru atau pun pondok, seperti ada disalah satu ponpes atau guru bukan mengajarkan persatuan tapi, mohon maaf, mengajarkan untuk tidak berkomitmen NKRI harga mati,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Jatimulya Sumardi menambahkan, kegiatan ini sebagai bentuk sosialisasi dan juga pendekatan. Ia juga mengaku belum paham titik-titik paham radikalisme.
“Tapi yang jelas kami akan berusaha dengan perangkat desa agar lebih dekat lagi agar terjalin komunikasi,” tandasnya. [Andi Apriyadi].