Jejamo.com, Surabaya – Memasuki musim kemarau, kekeringan mulai melanda beberapa wilayah di Indonesia. Di Jawa Timur, sekitar 25 kabupaten/kota terdampak kekeringan.
Berbagai upaya telah dilakukan Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam menanggulangi bencana kekeringan di Jawa Timur. Salah satunya pendistribusian air bersih. Dalam implementasinya, ACT menargetkan menyalurkan 1 juta liter air bersih ke lokasi-lokasi kekeringan.
Penyaluran ini diawali dengan konvoi puluhan Humanity Water Tank yang diberangkatkan pada Kamis (22/8/2019) dari halaman Masjid Al Akbar Surabaya menuju lokasi terdampak kekeringan. Aksi ini juga dilakukan serentak di cabang ACT di seluruh Indonesia.
Kepala Cabang ACT Jawa Timur Wahyu Sulistianto Putro mengatakan, dampak kekeringan sudah dirasakan masyarakat mulai dari kesulitan air bersih untuk minum dan memasak.
“ACT Jawa Timur telah mendistribusikan bantuan air bersih ke berbagai wilayah mulai dari Pacitan, Bojonegoro, Gresik, dan Madura. Upaya ini akan dilanjutkan dengan target 1 juta liter air dapat disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan,” ungkap Wahyu dalam Konferensi Pers Kekeringan Mematikan ACT Jawa Timur dan Pemberangkatan Humanity Water Tank.
Menurut Wahyu, kepedulian masyarakat Jawa Timur akan mempercepat penyelesaian kekeringan. “Mari kita atasi kekeringan di Jawa Timur dengan aksi, yang bisa terjun ke lapangan membantu dengan tenaganya, yang terbatas waktu dan tenaga dapat melalui donasi,” ajak Wahyu.
ACT Jawa Timur berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kantor Juanda Jawa Timur, dalam mengamati titik-titik di wilayah Jawa Timur yang mengalami bencana kekeringan sehingga penyaluran bantuan tepat sasaran.
Menurut Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Kantor Juanda Jawa Timur Teguh Tri Susanto, puncak kekeringan terjadi pada Agustus dan September. “Masih belum akan ada hujan, berdasar analisis BMKG penghujan akan baru terjadi di bulan November,” kata Teguh.
Suban Wahyudiono selaku Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jawa Timur menyatakan, hampir di setiap musim kemarau, Jawa Timur mengalami kekeringan. Sekitar 24 kabupaten/kota berpotensi mengalami kekeringan ekstrem.
“Penanganan masalah kekeringan harus melibatkan seluruh elemen masyarakat. Kontribusi ACT Jawa Timur dalam membantu mengatasi masalah kekeringan ini patut kita apresiasi,” tambah Suban.
Menurut Suban, kolaborasi program antar elemen berupa program pemberdayaan masyarakat, pembuatan sumur resapan, pembuatan embung merupakan program jangka panjang yang akan menjadi solusi untuk mengatasi kekeringan di masa mendatang.[]