Jejamo.com, Metro – Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Metro menyelenggarakan sosialisasi tentang peran serta Aparat dan masyarakat dalam penanganan konflik sosial untuk mewujudkan Kota Metro yang aman, damai, maju dan sejahtera, di Gedung Centrum Sinode GKSBS setempat, Selasa, 31/5/2016.
Hadir selaku narasumber Kasat Binmas Polres Kota Metro Ibnu Mas’ud dengan materi penanganan Kamtibmas, Danramil Metro Selatan Heri S. dengan materi kewaspadaan Nasional, Kasi Intel Kejaksaan Negeri Kota Metro Bobi Heryanto dengan materi penyelesaian dan penindakan hukum dalam konflik sosial, dan Kabid Ketahanan Sosial dan Kemasyarakatan Badan Kesbangpol Provinsi Lampung Herdaus dengan materi rencana aksi terpadu.
Ringkasan dari materi-materi diatas menyimpulkan, bahwa konflik sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia dan merupakan kenyataan yang tidak mungkin terhindarkan. Konflik sering terjadi karena diakibatkan adanya tujuan masyarakat yang tidak sejalan, serta adanya berbagai perbedaan pendapat.
Dalam setiap kelompok sosial selalu tumbuh benih-benih pertentangan antara individu satu dengan lainnya, antar kelompok, antar individu atau kelompok dengan Pemerintah. Pertentangan ini biasanya berbentuk non fisik, namun dapat berkembang menjadi benturan fisik, kekerasan atau tidak berbentuk kekerasan.
Salah satu narasumber, Kabid Ketahanan Sosial dan Kemasyarakatan Badan Kesbangpol Provinsi Lampung Herdaus kepada Jejamo.com menyatakan, bahwa tim terpadu ini nantinya dapat meminimalkan segala tindak atau gejolak yang mengganggu Kamtibmas di Kota Metro. Salah satu contohnya seperti yang dilaporkan oleh Lurah dari Kecamatan Metro Pusat, dimana ada satu organisasi keagamaan yang belum didapati kejelasan pengadaannya serta struktur kepengurusannya.
“Saya menegaskan kepada tim terpadu di Kota Metro ini, untuk bersegera mencari kejelasan organisasi yang dimaksud,” paparnya usai kegiatan.
Sementara itu, Kepala Kesbangpol Kota Metro Deddy Fryady Ramli menambahkan, Indonesia yang merupakan Negara dengan berbagai macam Suku, Agama, Ras hingga Antar Golongan (SARA) sangat berpotensi tumbuhnya konflik. Sebagaimana konflik selalu datang dari adanya perbedaan dan keragaman.
Seperti konflik horizontal yang merupakan konflik pada sesama warga Negara, konflik ini meliputi konflik yang bernuansa SARA. konflik jenis ini pernah terjadi di Papua, Poso, Sambas dan Sampit. Sementara konflik vertikal merupakan konflik yang terjadi antara masyarakat dan Negara, yang biasanya terjadi karena ketidakpuasan masyarakat akan kinerja Pemerintah.
“Intinya adalah jalin kerjasama antar tim terpadu. Selama ini kerjasama dari tim terkait belum terlaksana dengan baik, padahal adanya koordinasi yang baik akan meminimalkan kemungkinan terjadinya konflik pada suatu Daerah. Adanya koordinasi yang baik akan memunculkan tindakan atau penanggulangan segera, sehingga sangat kecil kemungkinan faktor penunjang konflik itu untuk berkembang di masyarakat,” tegas Deddy.
Kemudian dari materi yang disampaikan oleh narasumber, disimpulkan beberapa jenis konflik yang mempunyai bentuk khusus diantaranya konflik pribadi, konflik rasial, konflik antarkelas sosial, konflik politik antar golongan dalam satu masyarakat maupun Negara-negara berdaulat, serta konflik bersifat Internasional. Lalu faktor penyebab timbulnya konflik sosial meliputi perbedaan antar perorangan, perbedaan kebudayaan, bentrokan kepentingan, dan perubahan sosial yang terlalu cepat di dalam masyarakat.
Untuk penanggulangan dan penanganan konflik sosial yakni dengan menggunakan pendekatan penyelesaian konflik seperti kompetisi, akomodasi, sharing, kolaborasi dan penghindaran. Sementara cara untuk pemecahan konflik meliputi gencatan senjata, abitrasi, mediasi, konsiliasi, stalemate dan adjudication (ajudikasi).
“Semoga kegiatan sosialisasi ini dapat meningkatkan partisipasi utamanya tim terpadu, untuk dapat melakukan penanganan konflik sosial masyarakat. Sehingga dapat mewujudkan situasi Kota Metro yang aman, tertib dan tenteram, sehingga pembangunan dapat berjalan sesuai dengan apa yang dicita-citakan,” tutup Deddy.
Berlaku sebagai peserta kegiatan sosialisasi Danramil, Kapolsek, Camat, Sekretaris Camat, Kasi Trantib Kecamatan, Lurah, Babinsa dan Babinkamtibmas se- Kota Metro, Kepala Badan/Dinas/Lamtekda se- Kota Metro, serta tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan tokoh agama.(*)
Laporan Tyas Pambudi, Wartawan Jejamo.com