Jejamo.com – Anak lelaki dari kalangan bawah yang dibesarkan oleh orang tua tunggal dinilai lebih berpotensi menjadi pengangguran ketimbang anak perempuan. Itu didasarkan pada studi The National Bureau of Economic Research, Januari lalu.
Dilansir dari merdeka.com, riset yang dipimpin Ekonom Stanford Raj Chetty dan Ekonom Harvard Nathaniel Hendren itu menunjukkan bahwa anak lelaki yang berada di kuintil atau kelompok terbawah mengalami kesulitan mendapat pekerjaan ketimbang perempuan. Terutama, jika anak lelaki itu dibesarkan oleh orang tua tunggal.
Riset dilakukan berdasarkan pemeriksaan terhadap catatan pajak sekitar 10 juta warga AS kelahiran 1980 hingga 1982.
Temuan ini terbilang mengejutkan lantaran kontradiksi dengan premis berkembang sejak lama bahwa wanita adalah pihak yang tak diuntungkan dalam hal pekerjaan. Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja AS, secara umum, memerlihatkan bahwa jumlah wanita bekerja kalah ketimbang pria.
Kontribusi wanita usia di atas 20 tahun dalam angkatan kerja hanya sebesar 58,2 pada Desember lalu. Kalah ketimbang pria yang mencapai 71,5.
Lebih jauh disebutkan, pendapatan yang diperoleh wanita yang bekerja penuh waktu hanya setara 79 persen pemasukan pria.(*)