Senin, November 11, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Anggota Komisi II DPRD Lampung Tengah Pesimistis dengan Target Produksi Padi Bupati

Sumarsono (jaket hitam),  bersama Peneliti Balai Pertanian Provinsi Lampung, saat berada dj lokasi lahan pertanian Lampung Tengah,  yang mengalami gagal panen | Raeza/jejamo.com
Sumarsono (jaket hitam),  bersama Peneliti Balai Pertanian Provinsi Lampung, saat berada dj lokasi lahan pertanian Lampung Tengah,  yang mengalami gagal panen | Raeza/jejamo.com

Jejamo.com, Lampung Tengah– Anggota Komisi II DPRD Lampung Tengah Sumarsono,  pesimistis dengan target produksi padi tahun 2017 sebanyak 922.861 ton, guna menuju swasembada pangan Lamteng.

Menurutnya, banyak faktor yang membuat target tersebut sulit tercapai,  salah satunya dari sisi infrastruktur pertanian, selain itu para petani juga belum siap untuk meraih target itu. Ia menilai target tersebut hanya dalam sebatas kertas dan bukan merupakan  keberhasilan yang ingin dicapai dengan sungguh-sungguh.

Sumarsono Menjelaskan, saat ini  petani di Lampung Tengah was-was untuk menggarap lahan mereka,  karena pada tahun lalu banyak hama yang menyerang tanaman para petani,  mulai dari wereng,  tikus dan penyakit jamur lainnya menyebabkan padi tidak tumbuh dengan normal, belum lagi biaya yang harus di keluarkan juga tidak sedikit.

“Saya pesimistis karena infrastruktur pendukung untuk para petani belum maksimal,  dan bantuan bibit yang diberikan banyak menuai keluhan,” ujarnya kepada jejamo.com, Selasa, 18/7/2017.

Sumarsono mengatakan, boleh-boleh saja Bupati Lampung Tengah Mustafa memiliki target namun ia mempertanyakan apakah petani juga siap dengan teknologi baru, pola tanam baru dan pemupukan. “Kalau beliau punya target,  itu sah-sah saja. Tapi apakah petai sudah siap. Apakah sudah dilakukan edukasi kepada para petani,  karena tidak cukup hanya dengan obat kimia,  unsur hara dalam tanah sudah memprihatinkan,  sekarang mau cari cacing saja susah, ” imbuhnya.

Pihaknya juga menyayangkan, terkait bantuan benih padi yang dibagikan kepada petani, karena saat ini justru petani yang menjadi objek bagi para oknum-oknum yang mendistribusikan bantuan itu. Justru dengan selalu di beri bantuan para petani tidak mampu beredukasi,  untuk mengembangkan pola tanamnya, dan bantuan seharusnya hanya diperuntukan kepada petani yang kurang mampu.

“Soal bantuan ada yang laporan, mereka harus nebus,  dengan alasan biaya transpot dan yang lainya, bantuan itu hibah, mereka pelayan masyarakat jangan justru petani di jadikan objek mereka. Lalu jika di beri bantuan terus kapan petani kita mau mandiri. Rakyat saya saat ini bergantung bukan berdaulat, kasih contoh kepada mereka untuk membuat benih, kalau mau memberi benih kepada petani,  juga dilihat kualitasnya jangan asal-asalan, ” tandasnya.(*)

Laporan Raeza Handai, Wartawan Jejamo.com

 

 

 

 

 

 

Populer Minggu Ini