Senin, November 11, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Anggota Komisi II DPRD Lampung Tengah Prihatin dengan Kondisi Petani

Sumarsono  saat berada di lahan persawahan bersama Ir Surono Danu penemu bibit Sertani | ist
Sumarsono  saat berada di lahan persawahan bersama Ir Surono Danu penemu bibit Sertani | ist

Jejamo.com, Lampung Tengah – Pada 24 September 2017 kemarin  merupakan peringatan hari Tani Nasional. Namun sayangnya petani sebagai ujung tombak penghasil pangan di kabupaten ini, kondisinya masih jauh dari kesejahteraan.

Anggota Komisi II DPRD Lampung Tengah yang membidangi pertanian,  Sumarsono merasa prihatin dengan kondisi petani saat ini. Menurutnya banyak petani kecewa dengan keadaan dan kondisi pertanian di Lampung Tengah,  karena tidak ada jaminan yang jelas bagi petani untuk bercocok tanam memproduksi pangan.

“Jika ditanya, bagaimana kondisi petani saat ini?  nelongso (memprihatinkan). Apakah mereka para petani sudah sejahtera, saya jawab belum. Lantaran setiap para petani melakukan cocok tanam, hasilnya selalu mengecewakan. Karena karena banyak sekali faktor yang menjadi penyebab para petani untuk gagal panen, ” jelas Sumarsono,  25/09/2017.

Menurutnya, Pemerintah harus segera memberikan terobosan baru kepada para petani. Pemerintah harus segera membuka cakrawala dan memberikan edukasi kepada para petani, bagai mana cara mengolah tanah, penanaman dan pengolahan benih. Diketahui target produksi padi Kabupaten Lampung Tengah tahun 2017 sangat tinggi, mencapai 922.861 ton, tidak berbanding lurus dengan kondisi petani saat ini.

“Langkah awal paling penting saat ini,  Pemda harus secara berkelanjutan memberikan edukasi kepada para petani,  tentang bagai mana cara pengolahan tanah. Ini di praktik langsung jangan hanya teori. Karena unsur hara lahan para petani kita sudah habis, disebabkan penggunaan pupuk kimia. Jadi kemungkinan untuk gagal panen dan tumbuh tanamanya sulit,” teranya.

Sebagian besar penduduk Lampung Tengah,  bermata pencaharian sebagai petani. Namun tidak sedikit para petani yang beralih menjadi pekerja serabutan sampai buruh pabrik ataupun buruh bangunan, karena merasa kecewa dengan keadaan pertanian saat ini yang selalu merugikan petani.

“Sekarang sudah banyak petani yang beralih menjadi buruh, dan lapangan pekerjaan semakin sulit. Selain itu saat ini tidak ada generasi, anak muda yang tertarik dengan pertanian. Disini peran pemerintah sangat di butuhkan bagai mana cara mengedukasi mereka supaya mendapat perlakukan ekstra untuk memberikan pandangan kepada masyarakat betapa pentingnya pertanian ini, ” imbuhnya.

Masyarakat juga kerap dikecewakan dengan bantuan bibit dari pemerintah yang kualitasnya sungguh sangat memprihatinkan.”Masyarakat juga masih tergantung dengan bantuan benih,  dan bantuan itu kualitasnya mengecewakan. Petani semangat dapat bibit tapi hasilnya gak maksimal karena mutunya buruk. Selain itu jamin infrastruktur bagi mereka juga harus diberikan. Kondisi saat ini banyak tersier yang jelek dan membuat keterlambatan ketersediaan air, ” tandasnya.(*)

Laporan Raeza Handani, Wartawan Jejamo.com

 

 

 

 

 

Populer Minggu Ini