Jejamo.com – Merpati tinggi, banyak juga yang menyebut merpati kolongan kini menjadi hobi yang banyak diminati warga Lampung. Disebut kolongan karena untuk melombakannya merpati harus melewati kolongan agar bisa masuk penilaian. Biasanya, merpati akan menukik tajam dari udara untuk mendekati pasangannya. Inilah puncak keindahan yang banyak dicari para penghobinya.
Terdapat dua Lomba burung merpati yang banyak dikenal di tanah air. Merpati balap dan merpati kolongan. Di Lampung yang paling populer saat ini adalah merpati kolongan. Saat mengikuti lomba, para penghobi merpati kolongan biasanya tergabung dalam sebuah tim atau kelompok.
Salah satunya adalah Seven Stars tim merpati kolongan asal Desa Tanggul Angin, Punggur, Lampung Tengah. Anton Hariyadi Ketua tim Seven Stars mengatakan, dengan ikut dalam tim, penghobi akan lebih mudah dalam melatih merpati kolongan.”Termasuk mengatur strategi saat mengikuti lomba,” ujar Anton.
Menurutnya, melatih merpati kolongan sejak awal memang butuh kesabaran. Penghobi harus rajin mendatangi arena kolongan agar burung yang dilatih terbiasa untuk mengikuti lomba kolongan. Sebab, menurut Anton, jika tak masuk kolongan saat di klepek (dipanggil dengan menggunakan pasangannya) maka dihitung diskulifikasi.”Ini yang paling penting, supaya burung terbiasa masuk kolongan,” tuturnya.
Para penghobi biasanya memiliki lebih dari sepasang burung kolongan. Untuk melatihnya tentu butuh banyak waktu dan tak bisa dilakukan seornag diri.”Burung harus dilatih terus menurus. Meski dari keturunan yang baik tapi jika tak dilatih pasti gak maksimal,” terang Anton.
Menurutnya, pengalaman pahit yang biasa dialami adalah kehilangan burung merpati. Baik diwaktu latihan maupun mengikuti perlombaan. Ia mengaku anggota timnya kerap kehilangan burung saat mengikuti perlombaan di berbagai wilayah.
”Pengalaman dukanya hanya waktu kehilangan burung. Yang namanya kehilangan burung sudah sering mas. Bukan hanya sekali dua kali. Tapi sering yang namanya burung hilang saat ikut lomba maupun latihan,” terang Anton.
Namun sebagai hobi, tentu hal tersebut tak menghalangi mereka untuk terus merawat burung kesayangan. “Jika burung kita menukik tajam di udara, terus masuk kolongan lebih dulu dari lawan rasanya senang sekali. Apalagi sampai juara, wah badan yang capek dan kepanasan gak dirasa lagi,” uhar Anton.
Anton juga menceritakan, melalui hobi ini dirinya dan anggota kelompok lain dapat menjalin silaturahmi dengan penghobi burung merpati kolongan dari daerah lain. Dari perkenalan ini juga biasanya mereka kerap bertukar pengetahuan soal perawatan, melatih dan jual beli burung yang dianggap calon juara.
”Lewat hobi ini kami jadi banyak dikenal dan mengenal penghubi burung dari berbagai daerah. Jadi banyak teman untuk saling bertukar ilmu tentang burung merpati kolongan,” paparnya.
”Yang jelas tambah banyak pengalaman lewat teman-teman sesama pecinta burung merpati dari berbagai wilayah. Baik itu tentang dunia burung merpati kolongan maupun yang lainnya,” pungkasnya.(*)
Laporan Wahyu, wartawan Jejamo.com