Jejamo.com – Memilih beras sebagai makanan p[okok keluarga sebaiknya jangan asal putih dan pulen saja. Salah satu hal yang perlu diwaspadai adalah beras yang diberi pewarna putih kimia seperti zat klorin. Zat ini berbahaya bagi tubuh karena dapat menyebabkan tumbuhnya kanker.
Dengan mengenali ciri fisik beras berkualitas, sebenarnya kita bisa membedakan beras yang warna putihnya tidak alami. “Pada dasarnya tidak sulit membedakannya, antara lain dari baunya yang tajam. Kita juga perlu curiga kalau warna berasnya putih sekali atau putih pucat. Beras yang bagus putihnya alami dan tampak mengkilat,” ujar Prof.Djoko Said Damardjati dari Pusat Riset dan Pengembangan Tanaman Pangan Bidang Litbang Pertanian.
Pemakaian klorin, menurut Djoko, biasanya dilakukan oleh petani atau pedagang yang nakal untuk mengakali beras yang sudah apek atau jelek. “Mereka mencampurkan klorin saat beras digiling,” katanya.
Beras yang berkualitas ditentukan oleh dua hal, yakni kualitas beras, misalnya bentuk fisik beras, kadar air, panjang beras, dan kualitas gilingannya. Produk beras yang bagus biasanya hanya memiliki sedikit beras patah dan juga kotoran seperti batu.
Selain itu, beras yang berkualitas juga bisa kita nilai dari mutu nasi, yakni rasanya setelah dimasak. Sebagian besar orang yang tinggal di Pulau Jawa pada umumnya menyukai beras yang pulen, sementara di wilayah Sumatera lebih menyukai yang sedikit pera.
“Dari survei kami, ternyata ibu-ibu kurang memikirkan kualitas beras saat membeli beras, tetapi mereka sangat memerhatikan kualitas air yang dimasak. Biasanya air yang dipakai untuk masak besar adalah air galon,” kata Chris Oey, Marketing Director Beras Cap Ayam Jago, dalam acara yang sama.
Padahal, lanjut Chris, untuk mendapatkan nasi yang enak, tentu bahan bakunya, yakni beras itu sendiri, harus yang bermutu.
Salah satu cara untuk mengetahui beras yang kita beli terjamin mutunya, bisa dilihat pada kemasan. Produk yang sudah memiliki label SNI (standar nasional Indonesia) mutunya lebih terjamin.(*)
Kompas.com