Senin, November 11, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Balita Penderita Hidrosfalus asal Kotabumi Lampung Utara Butuh Bantuan

Muhammad Khafi balita penderita hidrosefalus sedang digendong ibunya | Andi/jejamo.com
Muhammad Khafi balita penderita hidrosefalus sedang digendong ibunya | Andi/jejamo.com

Jejamo.com, Bandar Lampung– Muhammad Khafi, balita berusia delapan bulan, warga Desa Wonokarto, Kotabumi, Lampung Utara, divonis dokter mengidap penyakit Hidrosefalus.

Pantauan jejamo.com, Khafi tersebut hanya bisa terbaring di tempat tidurnya di Rumah Singgah Peduli di Jalan Sam Ratulangi, Tanjungkarang Pusat, Bandar Lampung, Kamis, 7/9/2017.

Terlihat sesekali Rinjani (21), ibu Khafi, meluruskan tidur anak pertamanya itu, karena saat tertidur posisi belita tersebut dengan posisi menyamping. Sang ibu menggendongnya jika anak menangis dikarenakan menahan sakit.

“Anak saya itu kalau tidur memang badan dan kakinya suka menyamping. Itu dikarenakan ada selang yang dipasang di bagian kepala hingga perut. Kalau diluruskan posisinya dia seakan menahan sakit,” ujar Rinjani, kepada Jejamo.com, saat ditemui di Rumah Singgah.

Rinjani menceritakan, pihak keluarga baru mengetahui penyakit anaknya tersebut dua bulan terakhir. “Awalnya Khafi sering menangis, terus kami bawa ke tukang pijit, saya mengira dia terkilir. Tapi ada yang bilang juga kena sawan gitu. Kemudian ia saya bawa ke rumah sakit karena banyak tetangga yang menyuruh saya,” ujarnya.

Setelah diperiksa di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUDAM) Provinsi Lampung, Khafi divonis dokter mengidap Hidrosefalus. Ia kemudian dioperasi. “Operasi pertama gagal karena selang tertinggal di bagian perut. Operasi kedua Alhamdulillah lumayan baik,” paparnya.

Hidrosefalus yang diderita anak pasangan dari Paharudin (30) dan Rinjani tidak sampai membesar. Namun, kondisi otaknya sudah cukup parah.”Waktu lahir dalam normal berat badan 3,8 kilogram. Tapi, saat usianya memasuki 4 bulan mulai mengecil,” kata dia.

Dia menambahkan, selama menjalani perawatan pembiayaan ditanggung BPJS. Namun, untuk biaya sehari-hari dirinya dan suami harus pontang-panting untuk biaya perawatan anaknya itu selama menjalani perawatan.

“Selama ini yang biayai BPJS, tapi untuk biaya sehari-hari cari dimana-mana. Bahkan sudah sampe jual cincin nikah dan utang sana sini. Suami saya kerjanya hanya serabutan,” tandasnya.(*)

Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com.

 

 

 

 

Populer Minggu Ini