Jejamo.com – Pemerintah Banglades menutup sebuah stasiun televisi yang menyalurkan siaran beraliran keras yang selama ini digemari oleh kelompok ekstremis. Otoritas Banglades, juga meminta setiap sekolah untuk melaporkan pelajar dan mahasiswa yang hilang karena telah menjadi simpatisan kelompok ekstremis. Minggu, 10/7/2016.
Upaya untuk menutup media beraliran keras itu dilakukan setelah pihak aparat keamanan mendapati beberapa ekstrimis yang dicurigai telah menjadi penggemar siaran televisi Islamis itu.
Menteri Penerangan Banglades, Hasanul Hag Inu, mengatakan, sebuah komite kabinet negara itu telah mengambil keputusan final untuk menutup Peace TV karena siaran-siaran yang menghasut.
Sebelumnya, pada Jumat, 1/7/2016, terjadi serangan besar oleh sekelompok militan ke sebuah kafe di Dhaka, ibu kota Banglades yang menewaskan total 28 orang.
Tidak lama kemudian, tepatnya Kamis, 7/7/2016, pada hari kedua Lebaran, kelompok radikal juga menyerang pos polisi di Distrik Kishoreganj, Banglades utara menewaskan empat orang.
Dari hasil penyelidikan polisi, sejumlah penyerang dalam dua insiden itu ada penyuka siaran beraliran keras, termasuk Peace TV.
Sejumlah mahasiswa juga terlibat dalam serangan di Dhaka itu dan menewaskan 20 warga sipil (17 warga asing), dua polisi, dan enam penyerang.
Itu sebabnya otoritas terkait Banglades meminta pihak sekolah, kampus, dan orangtua, yang kehilangan anak agar segera melaporkannya kepada polisi.
Tentang Peace TV, jaringan televisi ini dikelola seorang dokter dan ulama Zakir Naik, yang juga pendiri dan Ketua Yayasan Peneliti Islam (IRF) yang berbasis di Mumbai, India.
Banglades ingin pulih dari serangan teroris yang menargetkan aktivis sekuler atau tokoh agama minoritas. “Kami akan ketat, membasmi militansi dan terorisme dari Banglades,” kata Hasina.
PM Banglades menutup media ekstrem akibat meluasnya kekhawatiran masyarakat bahwa kelompok militan telah memengarui siswa atau mahasiswa menjadi radikal di madrasah.
Polisi mengatakan, dua serangan itu dilakukan oleh kelompok militan lokal terlarang meskipun kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah mengklaim bertanggung jawab untuk serangan di Dhaka pada Jumat, 1/7/2016 lalu.(*)
Kompas.com