Rabu, Desember 18, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Banjir di Kelurahan Yosorejo Kota Metro,  Warga Bingung Tak Kunjung Ada Solusi dari Pemkot

Genangan air yang mulai surut di wilayah Yosorejo Kota Metro, Senin malam, 18/10/2021. | Abid/Jejamo.com

Jejamo.com, Kota Metro – Genangan air usai hujan deras kembali terjadi di beberapa titik di Kota Metro, Senin kemarin, 18/10/2021. Wilayah yang terendam air di antaranya Kelurahan Hadimulyo Barat Metro Pusat dan Kelurahan Yosorejo Metro Timur.

Warga mengeluh karena kondisi serupa yang tak kunjung terselesaikan oleh Pemerintah Kota Metro.

Weri (44), warga Jalan Tongkol RT 036, RW 009, Metro Timur, mengungkapkan, ketika hujan deras ketinggian air bisa mencapai sebatas dagu orang dewasa, lebih kurang sekitar satu setengah meter.

“Sekitar 5 tahun terakhir, setiap turun hujan yang deras area sekitar sini, terutama rumah saya, jadi langganan kerendam banjir,” kata Weri Kepada Jejamo.com saat dikunjungi di kediamannya, Senin malam, 18/10/2021.

Ia menjelaskan, banjir yang terjadi di area rumahnya tersebut bermula pada tahun 2016. Dia menduga penyebabnya karenapembangunan yang tak memperhatikan dampak lingkungan.

“Ya, semenjak gencarnya pembangunan seperti misalnya bangunan punya Bawang Lanang itu sampai ke kampus UM, tuh. Terus melakukan pembangunan, akhirnya permukiman warga di Jalan Tongkol ini sering terendam bahkan jadi langganan banjir,” ujarnya.

Weri mengaku, pihak Pemerintah Kota Metro melalui Dinas PUTR pernah menyambangi daerahnya untuk melihat drainase yang jebol. Namun, tetap tak kunjung memberikan solusi.

“Jika hujan lebat tiba seperti tadi ini, saya biasanya langsung membereskan isi rumah, terutama memindahkan barang elektronik ke tempat yang lebih tinggi. Bahkan mobil saya saja pernah tenggelam, motor tenggelam, karena yang bisa diselamatkan hanya barang-barang kecil yang bisa diangkat terutama barang elektronik dan saya fokus mengamankan saluran listrik, karena saya khawatir keluarga terutama keselamatan anak. Kalau banjir sampai menjangkau arus listrik, itu kan bahaya,” keluhnya.

Selain pernah merasakan banjir hingga sedagu orang dewasa, Wei juga mengeluhkan sampah yang terbawa banjir. Sementara terkait berapa lama waktu banjir surut, menurutnya tergantung volume air. Dia memperkirakan sekitar tiga sampai empat jam.

Meski “hanya” beberapa jam, imbuh Weri, banjir tetaplah banjir yang berdampak negatif bagi warga. “Kalau hujan dengan intensitas yang tinggi, ada sekitar 7 sampai 8 rumah yang merasakan banjir.

“Semoga cepat ada solusinya. Saya sebagai warga biasa tidak menyalahkan siapa-siapa atas kejadian ini. Enggak mungkin juga saya mau menyalahkan alam yang menurunkan air hujan, saya hanya meminta dan berharap pemerintah segera menemukan solusi,” pinta Weri.

Hal senada disampaikan Yulius (39), juga warga yang merasakan dampak bajir. Dia menilai banjir terjadi karena kiriman air dari area Metro Pusat.

“Karena ini titik terendah, makanya sampai sini. Tapi kita kan enggak mau terus merasakan hal seperti ini,” ucapnya.

Di lain tempat, Ketua RT 036/RW 009, Yosorejo, Muhammad Hidup mengatakan, penyebab banjir karena karena debit air terlalu tinggi saat melewati saluran air.

“Seperti aliran air dari Rumah Sakit Ahmad Yani, lalu area di sekitar Chamart, gorong-gorong di sini itu kayaknya enggak ke tampung karena terlalu kecil,” katanya.

Menurutnya, rumah yang paling terdampak adalah kediaman Weri. Bahkan jika genangan air sudah sampai di jalan aspal, sudah dipastikan rumah Weri terdampak.

“Padahal rumah dia itu cukup tinggi dari depan sampai ke belakang, tapi rumah itu sudah air semua kalau banjir, bahkan saat almarhum orang tua dari Pak Weri masih hidup, dia pernah mengalami banjir sehingga mendiang ayahnya itu harus dipindahkan berbaring di tempat yang lebih tinggi. Selain di rumah Pak Weri itu pernah juga banjir menjangkau rumah di sebelahnya, rumah milik Pak Soedibyo, banjir sampai menjangkau ke garasinya. Dia sendiri pernah komputernya sebanyak 15 unit terendam banjir,” ujar Muhammad Hidup.(*)[Abid Bisara]

Populer Minggu Ini